TULUNGAGUNG - Tidak ada angin dan hujan, sejumlah orang yang diduga sebagai murid-murid padepokan pencak silat Setia Hati Teratai (SHT) mengamuk.
Para pendekar yang masih mengenakan seragam latihan ini merusak beberapa rumah warga Desa Suruhan Kidul, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung dengan lemparan batu.
Selain kaca, sambitan berulang-ulang sebelum kabur itu juga memecahkan genting rumah. “Kami terkejut sekali. Karena kejadiannya berlangsung dini hari,” terang Ahmad Sukidi salah seorang warga yang rumahnya juga menjadi korban pelemparan, Minggu (19/12/2010).
Sukidi sempat mengira lemparan batu yang memecahkan kaca itu berasal dari letusan senjata api (senpi). Dia pun berlindung di balik perabotan rumah yang tinggi.
Dari sela-sela tempat persembunyian, Sukidi melihat puluhan mengendarai motor setelah usai melempar batu. “Tentunya saya diam saja. Karena kalau bereaksi takut mereka menyerang kembali,” tuturnya.
Ternyata tidak hanya rumah Sukidi. Setelah keluar rumah, Sukidi bisa melihat jika kaca dan genting belasan rumah tetangganya bernasib sama dengan tempat tinggalnya.
Kerusakan akibat amukan pendekar itu juga melanda beberapa rumah penduduk Desa Suruhan Lord dan Desa Bandung. Informasi yang dihimpun, pengerusakan ini diduga buntut dari bentrok antar perguruan silat. Sebelumnya, para pendekar SH Teratai terlibat adu fisik dengan orang-orang padepokan silat Pagar Nusa. Kejadian kontak fisik antar perguruan silat bukan hal baru di wilayah Kabupaten Tulungagung bagian selatan ini.
Satu sama lain perguruan memang selalu ingin menonjolkan diri sebagai kelompok yang terhebat. Secara kebetulan, tidak sedikit pendekar Pagar Nusa bertempat tinggal di desa yang telah diserang tersebut.
Sebelum penyerangan terjadi, perguruan SH Teratai tengah melakukan pelantikan pendekar di Stadion Bandung. Kepala Dusun Suruhan Lor Asroni mengaku masih mendata jumlah rumah warga yang rusak. Selain itu ia juga masih perlu berunding dengan kepala desa dan perangkat yang lain, apakah kasus ini perlu diusut secara hukum atau tidak. “Konflik antar perguruan itu sering terjadi. Ini sudah keempat kalinya dalam dua bulan terakhir,” ujarnya.
KBO Reskrim Polres Tulungagung Inspektur Satu Siswanto mengaku belum tahu pasti permasalahan yang ada dengan alasan dirinya tidak sedang bertugas. “Memang mendengar hal itu, tapi sekarang saya sedang tidak bertugas, jadi belum menerima laporan,” ujarnya singkat.
Para pendekar yang masih mengenakan seragam latihan ini merusak beberapa rumah warga Desa Suruhan Kidul, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung dengan lemparan batu.
Selain kaca, sambitan berulang-ulang sebelum kabur itu juga memecahkan genting rumah. “Kami terkejut sekali. Karena kejadiannya berlangsung dini hari,” terang Ahmad Sukidi salah seorang warga yang rumahnya juga menjadi korban pelemparan, Minggu (19/12/2010).
Sukidi sempat mengira lemparan batu yang memecahkan kaca itu berasal dari letusan senjata api (senpi). Dia pun berlindung di balik perabotan rumah yang tinggi.
Dari sela-sela tempat persembunyian, Sukidi melihat puluhan mengendarai motor setelah usai melempar batu. “Tentunya saya diam saja. Karena kalau bereaksi takut mereka menyerang kembali,” tuturnya.
Ternyata tidak hanya rumah Sukidi. Setelah keluar rumah, Sukidi bisa melihat jika kaca dan genting belasan rumah tetangganya bernasib sama dengan tempat tinggalnya.
Kerusakan akibat amukan pendekar itu juga melanda beberapa rumah penduduk Desa Suruhan Lord dan Desa Bandung. Informasi yang dihimpun, pengerusakan ini diduga buntut dari bentrok antar perguruan silat. Sebelumnya, para pendekar SH Teratai terlibat adu fisik dengan orang-orang padepokan silat Pagar Nusa. Kejadian kontak fisik antar perguruan silat bukan hal baru di wilayah Kabupaten Tulungagung bagian selatan ini.
Satu sama lain perguruan memang selalu ingin menonjolkan diri sebagai kelompok yang terhebat. Secara kebetulan, tidak sedikit pendekar Pagar Nusa bertempat tinggal di desa yang telah diserang tersebut.
Sebelum penyerangan terjadi, perguruan SH Teratai tengah melakukan pelantikan pendekar di Stadion Bandung. Kepala Dusun Suruhan Lor Asroni mengaku masih mendata jumlah rumah warga yang rusak. Selain itu ia juga masih perlu berunding dengan kepala desa dan perangkat yang lain, apakah kasus ini perlu diusut secara hukum atau tidak. “Konflik antar perguruan itu sering terjadi. Ini sudah keempat kalinya dalam dua bulan terakhir,” ujarnya.
KBO Reskrim Polres Tulungagung Inspektur Satu Siswanto mengaku belum tahu pasti permasalahan yang ada dengan alasan dirinya tidak sedang bertugas. “Memang mendengar hal itu, tapi sekarang saya sedang tidak bertugas, jadi belum menerima laporan,” ujarnya singkat.
Sumber. Okezone.com