Ternyata, Tidak Hanya Manusia Yang Bisa Mengalami Jet Lag

By : Positron72



Jamur roti merah, juga mengalami jet lag saat berpindah ke zona waktu berbeda

Tak cuma manusia yang mengalam jet lag saat melakukan perjalanan udara.  




Ternyata tak cuma manusia yang mengalami jet lag saat melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat terbang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Norwegia, ternyata jamur pun bisa mengalami jet lag.


Seperti dilansir dari situs blog sains IO9,  para peneliti dari Centre for Organelle Research (CORE) pada University of Stavanger Norwegia, melakukan penelitian terhadap jamur Neurospora crassa atau dikenal juga dengan jamur roti merah, jamur yang berasal dari daerah tropis namun dijumpai juga di Eropa. 
Para peneliti memetakan gen jamur tadi dan melakukan penelitian untuk memahami ritme biologis jamur. Sekali sehari, jamur roti merah ini memproduksi generasi baru spora yang disebut conidia. 

Ritme biologis jamur ini akan terus berlangsung secara konstan, walaupun jamur disimpan di tempat yang gelap sepanjang waktu. Penelitian ini kemudian melakukan serangkaian percobaan dengan berbagai pola waktu pemberian cahaya. 

Pola waktu pencahayaan itu merepresentasikan pola waktu siang malam. Hasilnya, jamur mampu melakukan adaptasi dengan pola yang baru. Namun, ternyata jamur mengalami jet lag, kata hasil penelitian yang dipublikasikan pada situs web universitas mereka.
"Jet lag adalah sebuah fase perubahan. Jika jamur dipindahkan ke zona waktu yang berbeda, jamur akan beradaptasi ke lingkungan dan waktu barunya.

Seperti halnya jet lag pada manusia, proses ini juga membutuhkan waktu dan jamur juga menjadi sedikit stres," ujar Ingunn W. Jolma, peneliti yang melakukan riset ini.
Penelitian itu juga mempelajari penambahan lithium yang biasa digunakan pada perawatan penyakit bipolar disorder (kelainan mood). Penderita penyakit ini biasanya juga menderita pola tidur yang tak tetap. 
Setelah diberikan lithium, ternyata frekuens jam jamur internal jamur menjadi lebih stabil.

“Penemuan kami bisa meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena seperti jet lag, efek buruk dari bekerja shift, serta penyakit yang terkait dengan ritme biologis sel kita,"  Jolma menambahkan.







Arsip Blog