Hal ini disampaikan oleh Wakil Tetap Indonesia untuk PBB, Duta Besar Hassan Kleib, di Bali, Rabu 24 Mei 2011. Dia mengatakan, terdapat beberapa hal yang akan dibicarakan pada permasalahan yang menimpa Palestina dan Israel.
“Di dalamnya akan dibahas mulai persoalan ekonomi, politik, sosial, budaya, geografis, dan lain sebagainya. Ini momentum penting setelah Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, membahas hal tersebut,” ujar Kleib.
Kleib juga mengatakan bahwa dalam konferensi yang akan berlangsung 25-27 Mei 2011 juga akan dibahas masalah tahanan politik Palestina di Israel. Masalah ini akan dijabarkan di hadapan salah satu menteri Palestina yang juga akan hadir.
“Sebelumnya di New York kami juga sudah bertemu membicarakan hal ini. Pertemuan kali ini merupakan pertemuan yang kami tindaklanjuti pasca pertemuan tahun lalu di New York,” jelas Kleib.
Pentingnya pertemuan ini, sambungnya, lantaran hingga saat ini masih terjadi penahanan oleh Israel terhadap politisi dan beberapa tokoh Palestina. “Banyak yang masih ditahan oleh Israel, padahal mereka masih bergerak menuju negara independen,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia sangat mendukung langkah yang diambil Palestina untuk memperjuangkan hak-haknya. Di PBB, Klein mengatakan, Palestina tidak punya hak untuk mengajukan resolusi karena dianggap sebagai negara yang belum merdeka. Untuk itulah, Indonesia berperan penting dalam mengajukan resolusi yang menyangkut iklim politik di Palestina.
“Dalam Comprehensive Plan disepakati sejak 2009 hingga 2 tahun ke depan, tepatnya 2011, Palestina wajib menyiapkan kemerdekaan termasuk rekonsiliasi nasional. Dalam kerangka itu, Indonesia melatih sekitar 10 ribu warga Palestina untuk menyambut kemerdekaan Palestina,” imbuhnya.
Indonesia, tutur Kleib, sangat mendukung Peta Perbatasan 1967 sebelum Israel merdeka. Dalam konferensi kali ini Indonesia akan berupaya agar negara-negara yang tergabung dalam GNB mendukung kemerdekaan Palestina.
“September tahun ini Palestina akan menghadap Dewan Umum PBB untuk meminta pengakuan kemerdekaan mereka. Tetapi masalahnya, masih ada 79 negara yang belum mau mengakui Palestina. Dari jumlah 79 negara itu, 29 negara adalah anggota GNB. Inilah pentingnya pertemuan kali ini sekaligus peran sentral Indonesia dipertaruhkan,” tutur Hassan.
Konferensi kali ini akan diikuti oleh 695 delegasi dari 118 negara anggota dan puluhan negara undangan. Selain itu, akan dikukuhkan keanggotaan dua negara baru, yaitu Fiji dan Azerbaijan.
Laporan: Bobby Andalan | Bali
• VIVAnews