Pengelolaan manajemen keuangan rumah tangga jika tidak hati-hati bisa salah urus. Yang terjadi uang gajian yang kita peroleh habis sebelum satu bulan. Alhasil harus pontang panting mencari tambahan agar bisa untuk kehidupan selanjutnya. Jadi bagaimana menghabiskan uang gaji bulanan yang aman.
Jika baru saja mendapatkan gaji apa yang Anda lakukan? Umumnya ada empat kebutuhan yang perlu dikeluarkan menggunakan uang gaji yakni kebutuhan biaya hidup, kemudian membayar cicilan hutang, pemenuhan kebutuhan masa depan atau saving kebutuhan masa depan atau menabung baru terakhir Kewajiban agama seperti zakat.
Lalu apakah Anda bisa konsisten untuk menjalankannya dan berakhir sukses. Ternyata sebagian besar tidak bisa secara sukses menjalankan program ini. Mengapa? Karena pemenuhan kebutuhan hidup jadi prioritas, sehingga yang terjadi uang justru dihabiskan untuk pemenuhan keperluan.
Perencana keuangan, Ahmad Gozali mempunyai pendapat yang berbeda. Namun, untuk melakukannya diperlukan mindset yakni jika sebelumnya fokus pada cara menyisakan uang, ubahlah dengan menghabiskan uang dari penghasilan bulanan. Tapi menghabiskan dengan cara menyenangkan.
Kok bisa? "Ketika kita menerima gaji kan memang untuk dihabiskan," tutur Gozali saat talkshow Tips Menghabiskan Uang Gaji di JCC Senayan akhir pekan lalu. Namun demikian menghabiskan uang gajian ala Gozali ini jangan diartikan perilaku konsumtif yang cenderung mengedepankan keinginan (selera) dan bukannya kebutuhan. Cara ini umumnya dipraktekan kalangan orang kaya.
Menurut pria yang tergabung dalam lembaga perencana Safir Senduk dan Rekan , dalam menentukan prioritas, Anda perlu menentukan pengeluaran dengan melihat faktor risiko (tinggi, menengah, rendah) dan fleksibilitasnya. Pengeluaran yang fleksibel bersifat jangka panjang yang masih bisa ditawar, sedangkan lawannya, yakni kebutuhan tidak fleksibel atau tetap (fix), bersifat jangka pendek.
- Prioritas pertama,
Kewajiban agama/sosial, biasanya 10 persen dari penghasilan. Kewajiban agama atau sosial, seperti zakat (Muslim), perpuluhan (Nasrani), berada dalam prioritas pertama. Pengeluaran ini sifatnya fix, 2,5 persen untuk zakat, misalnya, ini tak bisa ditawar. Jadi, keluarkan dana zakat saat menerima gajian setiap bulan. "Masalah ini urusannya bukan hanya ke debt collector, pihak bank tapi urusannya dengan yang di Atas. Jadi justru ini yang menjadi prioritas dikeluarkan ketika kita menerima gaji," ujar Gozali.
- Cicilan utang
Pengeluaran ini sifatnya juga fix dan berisiko tinggi. Oleh karena itu, Anda harus memenuhi kewajiban ini setiap bulan saat awal menerima gajian. Cicilan seperti KPR, kendaraan, kartu kredit, dan lainnya perlu dilunasi sesuai pembelanjaan Anda. Bunga semakin tinggi jika kewajiban ini tidak segera dipenuhi. Selain faktor psikologis, bagi orang normal Anda akan mengalami gangguan psikologis jika terlilit banyak utang. Belum lagi konsekuensi legal jika kredit di bank macet.
- Kebutuhan masa depan (saving)
Menabung, berinvestasi, dan membeli asuransi adalah sejumlah bentuk kebutuhan masa depan yang harus dialokasikan dari penghasilan bulanan. Minimal 10 persen dari penghasilan. Kebutuhan ini menjadi penting karena kondisi keuangan selalu dinamis. Apalagi bagi karyawan, di mana ketahanan gaji memungkinkan untuk naik, turun, atau bahkan tak berpenghasilan alias kehilangan pekerjaan (PHK misalnya). Sifat dari pengeluaran ini fix.
- Biaya hidup, 40-60 persen dari penghasilan
Jika ketiga kewajiban di atas sudah dipenuhi begitu Anda menerima gaji bulanan, gunakan sisanya untuk memenuhi semua kebutuhan rutin bulanan, seperti sembako, listrik/air, uang sekolah anak, iuran lingkungan/keamanan, termasuk yang terkait hobi seperti membeli buku, menonton film, atau pengeluaran entertainment lainnya (yang sifatnya keinginan). Biaya hidup akan cepat habis karena cenderung mengikuti gaya hidup.
Jika baru saja mendapatkan gaji apa yang Anda lakukan? Umumnya ada empat kebutuhan yang perlu dikeluarkan menggunakan uang gaji yakni kebutuhan biaya hidup, kemudian membayar cicilan hutang, pemenuhan kebutuhan masa depan atau saving kebutuhan masa depan atau menabung baru terakhir Kewajiban agama seperti zakat.
Lalu apakah Anda bisa konsisten untuk menjalankannya dan berakhir sukses. Ternyata sebagian besar tidak bisa secara sukses menjalankan program ini. Mengapa? Karena pemenuhan kebutuhan hidup jadi prioritas, sehingga yang terjadi uang justru dihabiskan untuk pemenuhan keperluan.
Perencana keuangan, Ahmad Gozali mempunyai pendapat yang berbeda. Namun, untuk melakukannya diperlukan mindset yakni jika sebelumnya fokus pada cara menyisakan uang, ubahlah dengan menghabiskan uang dari penghasilan bulanan. Tapi menghabiskan dengan cara menyenangkan.
Kok bisa? "Ketika kita menerima gaji kan memang untuk dihabiskan," tutur Gozali saat talkshow Tips Menghabiskan Uang Gaji di JCC Senayan akhir pekan lalu. Namun demikian menghabiskan uang gajian ala Gozali ini jangan diartikan perilaku konsumtif yang cenderung mengedepankan keinginan (selera) dan bukannya kebutuhan. Cara ini umumnya dipraktekan kalangan orang kaya.
Menurut pria yang tergabung dalam lembaga perencana Safir Senduk dan Rekan , dalam menentukan prioritas, Anda perlu menentukan pengeluaran dengan melihat faktor risiko (tinggi, menengah, rendah) dan fleksibilitasnya. Pengeluaran yang fleksibel bersifat jangka panjang yang masih bisa ditawar, sedangkan lawannya, yakni kebutuhan tidak fleksibel atau tetap (fix), bersifat jangka pendek.
- Prioritas pertama,
Kewajiban agama/sosial, biasanya 10 persen dari penghasilan. Kewajiban agama atau sosial, seperti zakat (Muslim), perpuluhan (Nasrani), berada dalam prioritas pertama. Pengeluaran ini sifatnya fix, 2,5 persen untuk zakat, misalnya, ini tak bisa ditawar. Jadi, keluarkan dana zakat saat menerima gajian setiap bulan. "Masalah ini urusannya bukan hanya ke debt collector, pihak bank tapi urusannya dengan yang di Atas. Jadi justru ini yang menjadi prioritas dikeluarkan ketika kita menerima gaji," ujar Gozali.
- Cicilan utang
Pengeluaran ini sifatnya juga fix dan berisiko tinggi. Oleh karena itu, Anda harus memenuhi kewajiban ini setiap bulan saat awal menerima gajian. Cicilan seperti KPR, kendaraan, kartu kredit, dan lainnya perlu dilunasi sesuai pembelanjaan Anda. Bunga semakin tinggi jika kewajiban ini tidak segera dipenuhi. Selain faktor psikologis, bagi orang normal Anda akan mengalami gangguan psikologis jika terlilit banyak utang. Belum lagi konsekuensi legal jika kredit di bank macet.
- Kebutuhan masa depan (saving)
Menabung, berinvestasi, dan membeli asuransi adalah sejumlah bentuk kebutuhan masa depan yang harus dialokasikan dari penghasilan bulanan. Minimal 10 persen dari penghasilan. Kebutuhan ini menjadi penting karena kondisi keuangan selalu dinamis. Apalagi bagi karyawan, di mana ketahanan gaji memungkinkan untuk naik, turun, atau bahkan tak berpenghasilan alias kehilangan pekerjaan (PHK misalnya). Sifat dari pengeluaran ini fix.
- Biaya hidup, 40-60 persen dari penghasilan
Jika ketiga kewajiban di atas sudah dipenuhi begitu Anda menerima gaji bulanan, gunakan sisanya untuk memenuhi semua kebutuhan rutin bulanan, seperti sembako, listrik/air, uang sekolah anak, iuran lingkungan/keamanan, termasuk yang terkait hobi seperti membeli buku, menonton film, atau pengeluaran entertainment lainnya (yang sifatnya keinginan). Biaya hidup akan cepat habis karena cenderung mengikuti gaya hidup.