#
Beberapa tahun yang lalu, seorang teman sales bercerita tentang acara malam tahunnya yang heboh bersama teman-temannya di kontrakan.
Seperti umumnya acara malam tahun baru acaranya tidak jauh dari acara bakar-bakaran. Bahannya juga tidak jauh dari ayam, ikan, dan jagung.
Tapi, teman sales ini dan teman-temannya sedang bokek berat tidak mau kalah sama yang lain, sehingga mencari alternatif bahan lain yang gratisan untuk dibakar memeriahkan acara malam tahun baru.
Akhirnya teman sales ini bisa juga bermalam tahun baru dengan menikmati daging bakar hasil usaha mereka.
Kebetulan saat itu ada dua wanita tetangga mereka ikut nimbrung untuk menikmati daging bakar olahan mereka.
Karena merasa enak dua wanita ini penasaran dengan rasanya yang lain daripada yang lain dan bertanya,"Daging apa nih, kok enak banget?"
Sebenarnya teman sales ini tidak mau memberitahu, tetapi ada seorang terdorong untuk membuka rahasia.
"Itu daging anjing, Neng!"
Begitu mendengar daging yang mereka makan adalah daging anjing, kedua wanita ini langsung muntah-muntah dan berteriak-teriak.
Sesuatu yang awalnya enak di mulut tiba-tiba menjadi menjijikkan, mengapa?
Merasa enak, karena tidak menyadari yang disantap. Kemudian merubah menjijikkan, karena mengetahui apa yang sebenarnya mereka makan.
Bila hal ini kita hubungkan dengan masalah dosa adalah bahwa ketika kita tidak mengerti dengan yang namanya dosa, boleh kita merasa nyaman dan nikmat. Tetapi ketika kita mengerti bahwa hal-hal nikmat dan nyaman yang kita lakukan adalah perbuatan dosa, semestinya kitapun bisa langsung muak dan jijik untuk menghindari.
Sayangnya hal itu tidak terjadi dan kita tetap menikmati perbuatan-perbuatan yang berdosa menurut ajaran agama yang kita anut. Padahal kita tahu dan mengerti apa yang kira lakukan adalah perbuatan kotor dan menjijikkan yang dilarang Tuhan dan tidak seharusnya kita lakukan.
Oleh sebab itu, orang bijak mengatakan, bahwa kita adalah manusia yang masih tersesat. Karena bila telah tersadarkan, maka terhadap perbuatan yang berdosa akan merasa jijik dan tak sudi melakukannya.
Oh, kesadaran kemanakah dirimu, sehingga seringkali aku tidak sadar dalam kenikmatan dosa!