INILAH.COM, Jakarta - Penangkapan Nazaruddin di Cartagena, Kolombia, Minggu (7/8/2011) lalu oleh polisi khusus Kolombia menyisakan anomali di publik Indonesia. Euforia yang muncul pasca penangkapan Nazaruddin nyatanya menyisakan kegetiran. Kemana buronan koruptor lainnya?
Langkah pemerintah menangkap Nazaruddin jelas harus mendapat apresiasi. Namun sejatinya penangkapan Nazaruddin yang meninggalkan tanah air selama 77 hari ini menyisakan anomali serta paradoksal. Karena di saat bersamaan, republik ini masih memiliki segudang pekerjaan rumah terkait buronan penjarah uang publik.
Anggota Komisi Hukum DPR Bambang Soesatyo mengatakan penangkapan Nazaruddin sama sekali tidak menambah citra positif terhadap penegakan hukum di Indonesia. Karena menurut Bambang, ada misteri dan tanda tanya. "Ada kesan diskriminasi perlakuan terhadap para buron, terutama sejumlah koruptor yang sudah sangat lama lari dari Indonesia," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (10/8/2011).
Dia menyebutkan Polri dan interpol begitu efektif melakukan koordinasi dalam penangkapan Nazaruddin yang tertangkap di Kolombia, negeri yang jauh dari Indonesia,. "Mengapa Polri-Interpol terkesan begitu sulit menangkap Nunun Nurbaeti dan sejumlah buronan korupsi lain yang diketahui hanya bersembunyi di negara-negara di kawasan Asia Tenggara," katanya.
Politikus Partai Golkar ini berpendapat ada perlakuan yang diskriminatif yang dilakukan aparat penegak hukum dalam penanganan kasus Nazauddin. Polri bersikap all out dalam kasus Nazaruddin, namun tidak terhadap buronan lainnya. "Sedangkan untuk memburu Nunun serta para buron lain, tidak ada kesungguhan. Publik masih ingat bahwa sudah beberapa kali Presiden membuat pernyataan tentang kasus Nazaruddin," tegasnya.
Oleh karenanya, Wakil Bendahara Umum Partai Golkar ini mengharapkan agar Polri dan KPK memberikan penjelasan kepada publik terkait perbedaan perlakuan terhadap Nazaruddin dan buronan lainnya.
Sekjen DPP PPP Muhammad Romahurmuziy menegaskan penangkapan Nazaruddin menunjukkan setiap ada kemauan di situ selalu ada jalan. Begitu pula dalam penangkapan Nazaruddin, ada kemauan dari aparat penegak hukum untuk menangkap tersangka kasus wisma atlet itu. "Tertangkapnya Nazar sekaligus menunjukkan when there's a will there's a way," ujarnya.
Dia juga mempertanyakan buronan yang hingga kini belum ditangkap oleh aparat penegak hukum seperti Edi Tanzil, Nunun Nurbaeti, pelaku BLBI serta buronan illegal loging. "Kenapa kok mereka pada sulit ditangkap, padahal isunya mereka hanya di negara-negara tetangga dekat," demikian Romi. [mdr]