Putus Cinta, Wanita Lebih Menyesal Daripada Pria

img

Dok. Thinkstock

Jakarta - Dibandingkan pria, wanitalah yang lebih merasakan penyesalan saat putus cinta. Hal ini diungkapkan para peneliti asal Amerika di Northwestern University, Chicago.



Pria bisa pergi meninggalkan kekasihnya tanpa dibebani rasa penyesalan yang berlarut-larut. Sementara wanita, bisa lebih lama memendam penyesalan bahkan hingga jangka tahunan. Apa penyebabnya? Berikut ini beberapa penjelasan dari sejumlah ahli, seperti dikutip dari Times of India.



Selalu Mempertanyakan: 'Bagaimana seandainya...?' atau 'Apakah seharusnya saya...?'



"Kebanyakan pria mengesampingkan masalah-masalah yang dianggapnya kurang penting dan untuk fokus pada satu masalah yang mereka anggap paling krusial. Wanita, sebaliknya, cenderung memprioritaskan masalah perasaan," ujar Dr Seema Hingorrany, seorang psikolog klinis dan traumatologist.



Oleh karena itu, wanita biasanya lebih sering mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang jadi penyebab kegagalan cintanya dibandingkan pria. Sementara para kaum Adam cenderung mudah 'melanjutkan hidup', meskipun mungkin masih menyimpan rasa sakit hati.



Persoalan lainnya, wanita terkadang masih memikirkan dampak sosial yang akan terjadi setelah putus cinta. Hal ini terjadi karena secara gender, mereka dikondisikan sebagai makhluk yang harus memikirkan kepentingan keluarga dan orang-orang sekitar di atas dirinya sendiri. Takut menjadi bahan omongan atau malu karena status single, biasanya jadi faktor yang cukup mempengaruhi rasa penyesalan mereka.



Pria Juga Menyesal, Tapi Tidak Merenung



Apakah ini berarti pria tidak punya rasa menyesal karena hubungan asmara berakhir? Tentu saja punya. Hanya saja, kebanyakan dari mereka memilih untuk tidak merenung dan berdiam diri.



"Bagi hampir semua wanita, punya kekasih adalah hal paling membahagiakan, sebuah kepuasan batin dan kebahagiaan terpenting. Dia ingin berbagi banyak hal dengan 'belahan jiwanya', punya seseorang yang bisa diandalkan dan membuatnya aman secara fisik dan emosional," jelas psikiater dan konsultan pernikahan Dr Rajiv Anand.



Rajiv menambahkan, sifat dasar itulah yang membuat wanita sangat tergantung pada kekasihnya. Sedangkan pria cenderung lebih fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab lain yang harus dipikulnya. Misalnya, sebagai anak laki-laki pertama, dia harus bekerja keras untuk membantu finansial orangtuanya. Atau, dia memegang jabatan tinggi sehingga jika pekerjaannya jadi terbengkalai karena masalah cinta, bisa merugikan perusahaan.



Hal-hal seperti itu yang kemudian membuat pria menghindar dari masalah cinta yang menurutnya sudah tidak mungkin lagi diselamatkan. Dan juga, biasanya hanya sedikit pria yang mau mengakui penyesalannya. Sementara sebagian besar pria enggan mengakuinya karena akan terkesan tidak maskulin.

Arsip Blog