Fakta dan Mitos Tentang Pengaruh Sinar Matahari Pada Tubuh Kita

Untuk masyarakat yang tinggal di daerah tropis kaya di Indonesia, berjemur merupakan hal yang tidak lazim. Yang berjemur paling-paling cuma anak bayi sama orang yang lagi sakit tulang, itupun matahari pagi. Jangan harap cewek-cewek Indonesia mau berjemur di siang bolong. Pemandangan jemur-menjemur kaya ikan asin itu paling cuma bisa kita liat di Pulau Dewata, soalnya banyak bule disitu eek atau paling deket ya di kolam renang.

Tetapi sayangnya, mau tidak mau kita juga harus berhadapan dengan paparan sinar matahari setiap harinya, kaya ke kampus naik angkot atau kerja lapangan. Nah, ternyata banyak mitos keliru tentang berjemur yang masih sering kita lakukan. Bukannya dapet sehatnya, malah dapet penyakit. Sebelum kena efek negatifnya, mending cekidot dulu deh.

Seperti dilansir dari Foxnews, Selasa (1/6/2010), berikut 7 mitos tentang berjemur di bawah sinar matahari:


1. Mitos, sering berjemur sinar matahari maka asupan vitamin D semakin banyak

Memang benar bahwa matahari memasok tubuh dengan vitamin D, tapi tidak dengan cara sering berjemur lantas vitamin D semakin banyak. Paparan ultraviolet berlebih justru berbahaya bagi tubuh.

Vitamin sinar matahari terbukti dapat memperbaiki jantung, tulang bahkan membantu mencegah kanker jenis tertentu. Namun, para pakar mengatakan bahwa paparan sinar matahari yang sehat hanya sekitar 2 sampai 10 menit sehari. Jumlah ini sudah cukup untuk memenuhi asupan vitamin dalam tubuh.

2. Mitos, berjemur dalam tanning bed (tabung UV) lebih aman

Peneliti mengatakan bahwa jumlah radiasi dari tabung UV (indoor taning) sama dan bahkan kadang lebih tinggi ketimbang radiasi dari sinar matahari alami.

Sinar matahari alami mengandung sinar UVA dan UVB. Dan tabung UV diklaim lebih aman karena hanya menghasilkan sinar UVB, padahal kedua jenis sinar UV tersebut sama-samam dapat menyebabkan melanoma (kanker kulit).

3. Mitos, di dalam air tidak menyebabkan kulit terbakar

Air tidak dapat melindungi kulit dari sengatan matahari. Refleksi cahaya di dalam air justru dapat meningkatkan paparan UV pada kulit.

4. Mitos, menggunakan make up dengan SPF (Sun Protection Factor) sudah cukup aman

Lapisan tipis SPF pada wajah tidak cukup untuk melindungi kulit ketika harus menghabiskan waktu di bawah sinar matahari.

Skin Cancer Foundation menyarankan orang untuk menggunakan pelembab tabir surya yang mengandung spektrum yang lebih luas sebelum menggunakan make up, bahkan jika make up di klaim mengandung SPF sekalipun.

Tabir surya yang berspektrum luas mengandung tabir untuk UVA dan UVB, dan sekurang-kurangnya SPF bernilai 15.


5. Mitos, orang berkulit gelap aman dari bahaya matahari dan kanker kulit

Kulit yang berwarna coklat atau gelap memang mengandung lebih banyak melanin, yaitu pigmen kulit yang lebih baik melindungi kulit dari bahaya UV. Tapi hal ini bukan berarti orang berkulit gelap 100 persen aman dari serangan kanker kulit.

6. Mitos, kulit menjadi coklat dapat melindungi kulit dari bahaya sinar matahari

Ini mungkin salah satu mitos yang paling umum dari semuanya. Kulit yang berubah coklat tidak akan melindungi kulit dari bahaya matahari, ini sebenarnya adalah reaksi kulit terhadap kerusakan terhadap sinar matahari.

Setiap kali orang berjemur untuk membuat kulit lebih coklat, maka kerusakan akan terakumulasi dan mempercepat proses penuaan. Satu-satunya cara untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari adalah tabir surya dan pakaian pelindung.

7. Mitos, jika menggunakan tabir surya sebelum keluar rumah, maka ini dapat melindungi kulit seharian

Masalah umum tabir surya adalah dapat memberikan rasa aman yang palsu. Menggunakan tabir surya sekali bukan berarti dapat melindungi kulit Anda sepanjang hari.

Tabir surya perlu digunakan atau dioleskan setidaknya dua jam sekali, dan lebih sering lagi bila Anda sedang berkeringat atau berenang. Pastikan menggunakannya dengan marata, atau akan membuat kulit belang.
sumber

Arsip Blog