Aneh, Darah Pekerja Nuklir Jepang Bisa Jadi Obat

Pekerja memperbaiki jaringan listrik di Pembangkit Listrik tenaga Nuklir Fukushima Daiichi di Tomioka, Prefektur Fukushima, timur laut Jepang.

http://asiancorrespondent.com/wp-content/uploads/2011/04/JapanFukushimaWorker-621x348.jpg


Sampel darah para pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Daiichi di Fukushima, Jepang, seharusnya diambil dan disimpan sebagai antisipasi bila mereka terpapar radiasi tingkat tinggi dan membutuhkan transplantasi sel punca (sel induk, sel yang bisa menjadi sel jenis apa saja).

Peneliti Jepang mengatakan pengumpulan darah dari para pekerja itu dapat diolah menjadi sel punca mereka sendiri yang siap digunakan untuk menjadi "obat". Sel punca ini bisa membantu membangun kembali sumsum tulang yang rusak karena terkena radiasi tinggi.

"Bahaya paparan radiasi masih harus diwaspadai, karena hingga kini masih terus terjadi gempa susulan yang cukup serius," kata Dr Shuichi Taniguchi, dari Toranomon Hospital di Tokyo, dan Dr Tetsuya Tanimoto, dari Japanese Foundation for Cancer Research, dalam jurnal medis Lancet pekan lalu.

Para ilmuwan mengatakan tim transplantasi di Jepang dan Eropa telah siap mengambil serta menyimpan sel-sel para pekerja, tapi hingga saat ini Komisi Keselamatan Nuklir Jepang menolaknya. "Mereka beralasan hal itu akan menjadi beban fisik dan psikologis bagi para pekerja nuklir," kata Taniguchi.

Sel punca dari para pekerja ini diyakini bisa lebih manjur ketimbang menggunakan sel punca hasil donasi dari orang lain. Sel punca itu akan lebih cocok dan risiko ditolak oleh tubuh lebih rendah. Transplantasi sel punca dari selnya sendiri membuat para pekerja juga tak perlu mengasup obat-obatan untuk menekan sistem imun, sehingga dapat menangkal infeksi. Dengan cepat, sel-sel itu dapat memulihkan fungsi normal tubuh untuk memproduksi sel darah.

Sel para pekerja harus disimpan dalam bank sel bila suatu hari mereka mengidap leukemia, yang dapat terjadi bila mereka terpapar radiasi tinggi.

Tim peneliti itu mengakui bahwa solusi tersebut tidaklah sempurna. Tingginya paparan radiasi juga dapat menyerang sel-sel dalam perut, kulit, atau paru-paru, dan penyakit itu tak dapat disembuhkan dengan transplantasi sel punca.

Meski begitu, langkah untuk melindungi para pekerja dari bahaya radiasi di masa mendatang harus segera dilakukan karena upaya perbaikan dan pembersihan pembangkit yang rusak diperkirakan akan membutuhkan waktu lama. "Misi yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa para pekerja nuklir dan melindungi warga setempat," kata tim itu. "Pendekatan ini akan menjadi langkah pertahanan terbaik dalam industri itu: jika kecelakaan fatal terjadi pada pekerja nuklir, industri tenaga nuklir Jepang akan goyah."

sumber

Arsip Blog