Munculnya noda kuning pada kulit (xanthelasmata) di bagian atas kelopak bisa jadi penanda risiko seorang individu menderita penyakit jantung. Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Anne Tybjarg-Hansen di Universitas Kopenhagen ini juga menyimpulkan bahwa cincin putih atau abu-abu di sekitar kornea (arcus corneae) tidak ada kaitannya risiko penyakit jantung.
Penelitian sebelumnya telah menetapkan bahwa baik xanthelasmata maupun arcus corneae merupakan endapan kolesterol. Namun, sekitar setengah dari individu yang memiliki salah satu atau kedua kondisi di atas ternyata tidak positif memilki kolesterol tinggi lewat tes darah.
Hasil ini membuat para peneliti ingin menyelidiki hubungan antara xanthelasmata dan arcus corneae terhadap risiko serangan jantung, penyakit jantung, stroke, penebalan arteri atau kematian dini pada populasi umum.
Para peneliti menyurvei 12.745 orang yang berpartisipasi dalam penelitian jantung di Kota Kopenhagen. Para peserta berusia antara 20 hingga 93 tahun dan tidak mengidap penyakit jantung ketika penelitian dimulai. Mereka dipantau sejak tahun 1976 sampai dengan bulan Mei 2009.
Pada awal penelitian, sebanyak 563 orang peserta (4,4%) memiliki xanthelasmata dan 3159 orang (24,8%) memiliki arcus corneae. Selama pemantauan, 1.872 orang peserta mengalami serangan jantung, 3.699 orang memiliki penyakit jantung, 1.498 orang mengalami stroke, 1.815 orang mengidap penyakit serebrovaskular, dan 8.507 orang meninggal dunia.
Hasil menunjukkan bahwa risiko terkena serangan jantung, mengalami penyakit jantung atau kematian dalam jangka waktu sepuluh tahun, meningkat pada individu yang memiliki xanthelasmata, baik laki-laki dan perempuan pada semua kelompok umur. Peningkatan risiko ini terlepas dari faktor risiko terkenal lainnya seperti jenis kelamin, kebiasaan merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol.
Risiko tertinggi ditemukan pada pria berusia 70 hingga 79 tahun. Risiko masalah jantung pada peserta laki-laki yang memiliki xanthelasmata sebesar 53%. Lebih tinggi dibandingkan 41% untuk laki-laki tanpa xanthelasmata. Sedangkan pada perempuan yang memiliki xanthelasmata berisiko 35% mengalami masalah jantung. Lebih tinggi dibandingkan yang tidak memilki xanthelasmata, yaitu sebesar 27%.
Sebaliknya, penelitian yang dirilis esciencenews.com, ini menunjukkan bahwa arcus corneae bukanlah prediktor yang signifikan untuk risiko serangan jantung atau penyakit jantung. Para peneliti menyimpulkan bahwa munculnya xanthelasmata dapat membantu dokter dalam mendiagnosa masalah jantung. Mereka menambahkan bahwa temuan mereka bisa sangat berguna dalam masyarakat yang sulit mengakses laboratorium untuk melakukan pengukuran lemah.