Lebih menegangkan lagi, tidak hanya satu pesawat yang digunakan dalam pernikahan itu, melainkan tiga pesawat sekaligus. Masing-masing untuk mempelai pria dan perempuan, serta satu pesawat lagi untuk pendeta yang memberkati pernikahan itu.
Mempelai pria, McWalters, berdiri di atas sayap pesawat bersayap ganda, sementara Katie Hodgson juga berdiri di sayap pesawat yang lain. Keduanya mengenakan gaun pengantin lengkap.
Sedangkan Pendeta George Bringham yang terbang dengan pesawat ketiga, juga berdiri di bagian sayap. Pesawat biplane yang ditumpangi Bringham ini ada di depan pesawat kedua mempelai.
Ketiga pesawat itu punya corak yang sama, putih bergaris-garis merah dan dimiliki oleh Team Guinot, kelompok pilot aerobatik yang juga kumpulan stuntpilot.
Gambar yang didapatkan stasiun televisi Sky memperlihatkan baju pengantin Hodgson berkibar-kibar ketika pesawat mengudara di cuaca yang kurang bagus.
Angin kencang dan hujan juga memaksa ketiga pesawat itu tak boleh berlama-lama mengudara. Ketiga pelaku aksi mendebarkan itu mengaku terkena empasan angin yang sangat kuat.
Di udara, Bringham menikahkan mereka dengan bantuan pengeras suara. Kedua mempelai bahkan harus mengucapkan janji dengan berteriak. Maksudnya, agar janji pernikahan keduanya bisa didengar oleh para tamu undangan yang ada di bawahnya.
Microphone khusus yang dipasang membuat tamu undangan di lapangan terbang Rendcomb, sekitar 145 km arah barat London, bisa mendengar janji pernikahan itu.
“Bersediakan Anda mencintai dan menjaganya sepanjang hidup kalian?” teriak Bringham.“Ya, saya bersedia,” janji Darren McWalters dengan suara tak kalah kuat.
Katie Hodgson mengaku tak pernah membayangkan akan menikah di sayap pesawat terbang.
“Setelah semakin dewasa, saya menjadi lebih senang dengan petualangan,” katanya.
“Saya menghadirkan sisi petualangan pada Darren. Dia sebelumnya takut dengan ketinggian,” katanya.
Darren McWalters setuju dengan Katie Hodgson. “Kami sama-sama agak gila, jadi kami menginginkan sesuatu yang cocok,” tegasnya