Manusia memiliki satu pikiran, dengan dua lingkup: pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Bedanya, pikiran sadar mampu menalar, membandingkan baik dan buruk, benar dan salah, positif dan negatif. Adapun pikiran bahwa sadar tidak menalar mana yang positif dan mana yang negatif, mana yang benar dan mana yang salah. Dan pikiran bawah sadar, menurut penulis buku ini, Joseph Murphy, memiliki kekuatan yang luar biasa, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. ”Dalam pikiran bawah sadar Anda terletak kebijaksanaan tak terbatas, kekuatan tak terbatas, dan persediaan tak terbatas dari segala kebutuhan Anda, yang menunggu dikembangkan dan diungkapkan,” tulis Murphy (hlm 3).
Antara dua lingkup pikiran tadi memiliki kaitan yang erat. Pikiran sadar memberikan perintah, baik sadar maupun tidak, kepada pikiran bawah sadar. Ketika seseorang berpikir, ”Saya bisa mencapai itu,” berarti pikiran itu perintah kepada pikiran bawah sadar. Begitu pula saat seseorang berpikir, ”Ah, saya tak mungkin bisa,” itu artinya instruksi kepada pikiran bawah sadar untuk melaksanakannya. Dan pada saat instruksi itu datang, pikiran bahwa sadar langsung bekerja tanpa perlu membuktikannya, dan tanpa mengenal waktu, bahkan saat kita sedang tidur pulas.
Ketika kita berpikir positif, pikiran bawah sadar langsung bereaksi untuk melaksanakan gagasan positif tadi. Murphy memberi contoh, pada saat seseorang memikirkan tentang kedamaian, kebahagiaan, kesehatan, dan kekayaan, maka pikiran bawah sadar menerima gagasan itu dan bekerja untuk mewujudkannya. Sebaliknya, ketika seseorang berpikir negatif, seperti ketidakberdayaan, ketidakmampuan melakukan sesuatu, maka pikiran bawah sadar pun bekerja mewujudkan ide atau kesan negatif tersebut.
Karena itu, sifat iri terhadap kebahagiaan seseorang justru akan menghalangi kita untuk mendapatkan kebahagiaan. Murphy memberi contoh, saat kita tidak suka orang lain memiliki deposito begitu banyak dalam rekeningnya, sementara kita hanya bisa menabung sedikit demi sedikit, berarti kita telah menempatkan diri kita ke posisi yang sangat negatif; ”karena itu, kekayaan mengalir dari kita, bukan ke kita.” (hlm 119). Untuk menetralisir pikiran negatif itu, Murphy menyarankan agar kita menyatakan langsung kepada diri sendiri bahwa kita mendoakan orang itu agar kekayaannya makin berlimpah.
Lalu, apa saja tujuan memberdayakan pikiran bawah sadar? Yang paling sederhana adalah untuk mengatasi sugesti rasa takut, cemas, dan sebagainya. Tujuan lain adalah untuk penyembuhan mental, bahkan untuk penyembuhan penyakit fisik. Bagaimana kalau untuk kekayaan? Pikiran bawah sadar bisa dimanfaatkan untuk meraih kekayaan! Bagaimana tekniknya?
Saat Anda hendak tidur di malam hari, Murphy menyarankan untuk mempraktikkan teknik: mengulangi kata-kata ”kekayaan” dengan tenang, santai dan penuh perasaan. Dalam kaitan ini, sang penulis buku ini menekankan antara lain: Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar harus sepakat untuk menegaskan gagasan dominan tentang kekayaan, bukan kemiskinan.
Lalu, apa pendapatnya tentang kerja keras untuk memperoleh kekayaan. Murphy berpendapat bahwa mencoba mengumpulkan kekayaan dengan cucuran keringat dan kerja membanting tulang adalah salah satu cara untuk menjadi orang terkaya dalam kubur.
Teknik lain melatih pikiran bawah sadar adalah memaafkan, yang penting untuk penyembuhan. Jengkel bahkan sampai mengutuk orang lain apalagi memusuhinya bisa menimbulkan berbagai penyakit. Teknik memaafkan yang diuraikan Murphy adalah sebagai berikut: Tenangkan pikiran, bersikap rileks, dan biarkan semua terjadi. Lalu, katakan, ”Saya bebaskan setiap orang dan semua orang yang pernah menyakiti hatiku, dan saya berdoa minta kesehatan, kebahagiaan, kedamaian, dan segala berkah hidup bagi setiap orang.”
Buku yang versi Indonesia diterbitkan oleh Spektrum, Jakarta, 1997, dan dialihbahasakan oleh B. Dicky Soetadi ini patut dibaca oleh siapa saja yang ingin melatih berpikir positif untuk mewujudkan keinginan-keinginan yang baik demi kehidupan yang lebih baik.