Tips Kesehatan, Chicago - Para ilmuwan menemukan cara untuk menghentikan memori atau ingatan akan rasa takut tanpa mengkonsumsi obat.
Temuan Elizabeth Phelps dan timnya dari New York University ini dapat digunakan sebagai metode pendekatan baru dalam menangani pasien penderita gangguan psikologis akibat trauma.
Dalam uji coba yang dilakukan pada tikus, Phelps menemukan bahwa aktivitas pengaktifan ulang memori yang terjadi pada otak tikus membuka 'jendela' ke masa tertentu dimana memori otak dapat 'diedit' sebelum disimpan kembali.
"Sebelum memori disimpan, terdapat periode dimana memori-memori tersebut rentan diganggu," kata Phelps seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/12/2009).
Studi sebelumnya membuktikan obat-obatan khusus dapat digunakan untuk menghentikan memori ketakutan. Namun efek dari obat ini tidak berlangsung lama.
Dalam uji coba pada tikus, Phelps dan timnya mendapatkan kesimpulan bahwa memori lama pada otak dapat diubah atau dikonsolidasikan kembali, namun hanya selama 'jendela' ke masa yang merekam memori ketakutan itu tengah 'terbuka'. Waktu jendela ingatan itu terbuka adalah selama 10 menit.
Para peneliti kemudian melakukan pengujian ini terhadap manusia. Awalnya, mereka menciptakan memori ketakutan pada para partisipan dengan memperlihatkan apa yang disebut 'blue square' serta memberikan semacam shock theraphy ringan.
Sekali mereka menciptakan memori ketakutan, otak mereka akan dengan mudah menampilkan blue square yang mengingatkan mereka akan ketakutan tersebut.
Tim kemudian menunggu selama 10 menit dan mulai melakukan sebuah latihan dimana para patisipan mengingat kembali blue square tanpa diberikan shock theraphy.
Phelps menyebutkan, hal tersebut membuat memori ketakutan yang tersimpan di otak dapat diedit, dan selanjutnya menghentikan partisipan mengingat blue square.
Sementara itu, pada aktivitas otak kelompok partisipan lain, memperlihatkan bahwa otak mereka terus mengingat blue square. Pada periode jendela ingatan terbuka selama 10 menit, mereka dibiarkan mengingat memori ketakutan tersebut. [okezone]
Temuan Elizabeth Phelps dan timnya dari New York University ini dapat digunakan sebagai metode pendekatan baru dalam menangani pasien penderita gangguan psikologis akibat trauma.
Dalam uji coba yang dilakukan pada tikus, Phelps menemukan bahwa aktivitas pengaktifan ulang memori yang terjadi pada otak tikus membuka 'jendela' ke masa tertentu dimana memori otak dapat 'diedit' sebelum disimpan kembali.
"Sebelum memori disimpan, terdapat periode dimana memori-memori tersebut rentan diganggu," kata Phelps seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/12/2009).
Studi sebelumnya membuktikan obat-obatan khusus dapat digunakan untuk menghentikan memori ketakutan. Namun efek dari obat ini tidak berlangsung lama.
Dalam uji coba pada tikus, Phelps dan timnya mendapatkan kesimpulan bahwa memori lama pada otak dapat diubah atau dikonsolidasikan kembali, namun hanya selama 'jendela' ke masa yang merekam memori ketakutan itu tengah 'terbuka'. Waktu jendela ingatan itu terbuka adalah selama 10 menit.
Para peneliti kemudian melakukan pengujian ini terhadap manusia. Awalnya, mereka menciptakan memori ketakutan pada para partisipan dengan memperlihatkan apa yang disebut 'blue square' serta memberikan semacam shock theraphy ringan.
Sekali mereka menciptakan memori ketakutan, otak mereka akan dengan mudah menampilkan blue square yang mengingatkan mereka akan ketakutan tersebut.
Tim kemudian menunggu selama 10 menit dan mulai melakukan sebuah latihan dimana para patisipan mengingat kembali blue square tanpa diberikan shock theraphy.
Phelps menyebutkan, hal tersebut membuat memori ketakutan yang tersimpan di otak dapat diedit, dan selanjutnya menghentikan partisipan mengingat blue square.
Sementara itu, pada aktivitas otak kelompok partisipan lain, memperlihatkan bahwa otak mereka terus mengingat blue square. Pada periode jendela ingatan terbuka selama 10 menit, mereka dibiarkan mengingat memori ketakutan tersebut. [okezone]