Peserta ACI (Aku Cinta Indonesia) detikcom Nur Akbar dan Harry Sudirman Kawanda sempat menyaksikan perahu batu yang diperkirakan berasal dari zaman megalitikum di Maluku. Bangunan ini menjadi pusat kegiatan masyarakatnya, mulai dari membangun rumah hingga upacara-upacara adat.
Tepatnya di atas lereng bukit dan menghadap laut, Perahu Batu yang terletak Pulau Yamdena, Desa Sangliat Dol, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, sering digunakan sebagai upacara adat penduduk desa.
"Pertama kali melihatnya excited banget. Ternyata bangunan berbentuk perahu ini pusat dari kegiatan masyarakat setempat, seperti pola pembangunan rumah," ujar Akbar, ketika dihubungi detikcom.
"Untuk dapat melihatnya harus diadakan upacara adat sebagai penghormatan, karena mereka percaya bahwa para leluhur mereka masih berada di sana. Upacara dipimpin oleh tuan tanah," lanjut Akbar.
"Sebagai pusat desa, ukurannya tidak terlalu besar hanya 8x5 m dan tinggi 1,2 m. Uniknya adalah, tidak semua orang boleh naik ke atas. Hanya tetua bisa naik ke atas dan mereka adalah orang pilihan," timpal Harry.
"Selain sebagai pusat desa, ada juga perahu batu yang di tengahnya terdapat sumur sebagai sumber mata air yang dikeramatkan dan gak boleh sembarang orang untuk mengambilnya. Keunikan dari mata air ini adalah letaknya yang dekat pantai, tapi airnya tawar dan sangat jernih," lanjut Harry.
Sumber : http://anasarema.blogspot.com/2010/10/perahu-batu-di-desa-sangliat-dol.html
Tepatnya di atas lereng bukit dan menghadap laut, Perahu Batu yang terletak Pulau Yamdena, Desa Sangliat Dol, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, sering digunakan sebagai upacara adat penduduk desa.
"Pertama kali melihatnya excited banget. Ternyata bangunan berbentuk perahu ini pusat dari kegiatan masyarakat setempat, seperti pola pembangunan rumah," ujar Akbar, ketika dihubungi detikcom.
"Untuk dapat melihatnya harus diadakan upacara adat sebagai penghormatan, karena mereka percaya bahwa para leluhur mereka masih berada di sana. Upacara dipimpin oleh tuan tanah," lanjut Akbar.
"Sebagai pusat desa, ukurannya tidak terlalu besar hanya 8x5 m dan tinggi 1,2 m. Uniknya adalah, tidak semua orang boleh naik ke atas. Hanya tetua bisa naik ke atas dan mereka adalah orang pilihan," timpal Harry.
"Selain sebagai pusat desa, ada juga perahu batu yang di tengahnya terdapat sumur sebagai sumber mata air yang dikeramatkan dan gak boleh sembarang orang untuk mengambilnya. Keunikan dari mata air ini adalah letaknya yang dekat pantai, tapi airnya tawar dan sangat jernih," lanjut Harry.
Sumber : http://anasarema.blogspot.com/2010/10/perahu-batu-di-desa-sangliat-dol.html