Sebaliknya, atmosfer menjadi lebih tipis dan lebih tipis ketika makin tinggi namun banyak partikel yang lebih luar masih ada dan jauh di ruang angkasa. Inilah yang membuat satelit jatuh kembali ke Bumi.
Bayangkan sebuah pesawat, saat melewati udara, menembus molekul oksigen, nitrogen, karbon-dioksida dan sejenisnya. Hal ini disebut ‘tarikan atmosfer,’ tabrakan ini memperlambar pesawat.
Jika pesawat menjadi terlalu lambat, gaya angkat yang terjadi akan berkurang sehingga kekuatan ke atas untuk menangkis gaya tarik gravitasi Bumi berkurang pula dan pesawat akan mulai kehilangan ketinggiannya.
“Obyek di orbit terkena gaya tarik atmosfer seperti pesawat dan mobil berada dekat tanah,” kata Center For Orbital and Reentry Debris Study (CORDS) di situsnya. Di luar angkasa, gaya tarik atmosfer jauh lebih sedikit namun seiring waktu, bahkan gaya tarik kecil bisa mengakibatkan satelit masuk kembali ke atmosfer yang lebih padat, lanjutnya.
Ketika gaya tarik memperlambat satelit, ketinggiannya menurun. Memahami hubungan antara kecepatan dan ketinggian satelit butuh pengetahuan apa artinya berada di orbit, objek di orbit sebenarnya ‘jatuh’ di sekitar Bumi, ditarik ke arah itu dengan gaya gravitasi.
Namun seperti proyektil, mereka juga menembak keluar sejajar dengan permukaan bumi. Sementara sebagian besar proyektil akhirnya menyentuh Bumi, benda-benda yang mengorbit bergerak cukup cepat untuk jatuh di sekitar kurva Bumi dan kembali ke tempat mereka mulai tanpa pernah menyentuh ke Bumi.
Saat satelit melambat karena gaya tarik atmosfer, satelit bisa berada cukup jauh dari busur orbitnya ketika bergerak lebih cepat sehingga gravitasi menariknya ke bawah ke ketinggian yang lebih rendah.
Akhirnya, satelit ditarik di ketinggian rendah hingga tak bisa sampai di sekitar kurva permukaan bumi dan kemudian jatuh ke bumi sebagai konsekuensinya. Kebanyakan satelit menggunakan pendorong untuk mengoreksi efek perlambatan gaya tarik atmosfer dan mempertahankan kecepatan konstan maupun ketinggian orbit.
Satelit ROSAT tak dilengkapi mekanisme propulasi ini, sehingga kecepatan dan ketinggian secara bertahap menurun dan membuatnya masuk ke dalam orbit. Satelit ini mulai mengorbit Bumi di ketinggian 565-585 kilometer pada 1990. Pada Juni 2011, ketinggian menurun mencapai 327 km.
ROSAT mulai jatuh lebih cepat beberapa pekan terakhir akibat atmosfer di sekitarnya menjadi tebal secara eksponensial seiring ketinggian satelit yang terus menurun. Biasanya, satelit dikatakan ‘kembali masuk’ atmosfer saat masuk ketinggian di bawah 100-120 km. Saat itu, titik tarik atmosfer menjadi cukup kuat untuk menghancurkan satelit. ROSAT akan mengalami nasib serupa akhir pekan ini.
sumber :http://teknologi.inilah.com/read/detail/1787986/mengapa-satelit-jerman-jatuh-ke-bumi-hari-ini