Kanker payudara identik dengan perempuan, karenanya Mark Doel tidak menyangka laki-laki bisa terkena kanker payudara hingga akhirnya ia harus melakukan masektomi (pengangkatan payudara).
Ketika Mark Doel pertama kali melihat bercak darah di seprainya dan menemukan beberapa bintik darah di kemejanya ia tidak khawatir. Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian ia mengunjungi dokter dan didiagnosis itu penyakit kulit.
Namun obat tersebut ternyata tidak membantu mengatasi masalah yang dihadapinya. Ketika berlibur pada tahun 2007, putingnya mulai berdarah setelah tergaruk. Ia pun menemui konsultan bedah payudara, Dibyesh Banerjee di St Anthony’s Hospital, Surrey.
Ia pun harus melakukan beberapa pemeriksaan, USG dan juga mengambil biopsi jaringan dari puting. Namun Mark masih merasa yakin bahwa tidak ada yang salah dengan payudaranya.
Dua minggu kemudian saat hasilnya sudah ada, Mark pun kembali dipanggil ke rumah sakit dan ia didiagnosis memiliki bentuk kanker payudara yang sangat awal yaitu ductal carcinoma in situ (DCIS).
"Aku tidak tahu laki-laki bisa mendapatkan ini, ada rasa malu yang sangat besar. Butuh beberapa saat bagi saya untuk bisa berbicara tentang hal ini dengan siapa pun," ujar Mark (41 tahun), seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (3/12/2011).
Mark menuturkan jika ia memiliki kanker paru atau otak, mungkin ia bisa lebih terbuka. Tapi ada stigma bahwa kanker payudara terjadi pada perempuan, karenanya ia hanya bisa mengatakan 'Saya menderita kanker di dada saya'.
Dibutuhkan beberapa waktu bagi Mark untuk memahami situasi tersebut. Dr Banerjee pun memberikan pilihan pengobatan operasi untuk menghilangkan kanker payudaranya. Beberapa hari kemudian Mark pun akhirnya setuju untuk melakukan operasi tersebut.
"Masektomi yang dilakukan Mark untuk mengangkat puting dan sedikit jaringan payudara di bawahnya lalu mengirimkan ke patologi. Ahli patologi nanti akan melihat apakah sel kanker sudah mencapai tepi atau belum, jika sudah maka diperlukan operasi lagi untuk mengangkat sel-sel yang telah menyebar," ujar Dr Banerjee.
Dr Banerjee menuturkan jumlah jaringan pada payudara laki-laki tergantung dari individunya. Jika payudaranya menonjol maka hal ini setara dengan ukuran payudara cup-A pada perempuan, tapi jika payudaranya rata maka jumlah jaringannya lebih sedikit.
Hal yang terjadi pada Mark ia tidak perlu melakukan operasi kembali, karena sel kankernya belum menyebar. Secara fisik Mark telah sembuh setelah operasi dan kankernya tidak menyebar sehingga tidak perlu kemoterapi atau radioterapi. Tapi gangguan emosional baru saja dialaminya.
"Saya merasa stres telah memukul saya, setelah operasi itu saya harus mengambil beberapa bulan untuk berhenti bekerja karena kecelakaan emosional yang saya alami," ujar Mark.
Mark merasa sulit untuk membicarakan penyakitnya itu pada siapa pun, dan ia mengalami mimpi buruk serta sulit tidur selama 2 tahun setelah perawatan. Namun secara bertahap ia mulai mampu untuk menjadi lebih terbuka dan kondisi ini cukup membantunya dalam mengatasi masalah emosional.
Dr Banerjee menuturkan tidak ada data statistik mengenai kasus laki-laki dengan DCIS, tapi ada kecenderungan meningkat karena mulai adanya kesadaran dalam diri laki-laki.
"Umumnya laki-laki memiliki sedikit jaringan payudara di belakang puting. Jika ia lembut dan halus maka kemungkinan tidak berbahaya, tapi jika keras dan perlahan-lahan memperbesar selama beberapa bulan, maka konsultasikan dengan spesialis dan jangan menunda," ujar Dr Banerjee.
Selain benjolan pada payudara, laki-laki dan perempuan yang memiliki kanker payudara bisa memiliki gejala seperti keluarnya cairan dari puting, perubahan bentuk atau ukuran salah satu puting atau mengalami pembengkakan kelenjar di ketiak.