Namun, karena infrastruktur di Pulau Rupat belum memungkinkan, akan dibangun pula jalan sepanjang 71,2 km dan jembatan yang menghubungkan Pulau Rupat dengan Pulau Sumatera, sepanjang 8 km.
Dalam proposal yang diajukan perusahaan asal Malaysia, Strait of Malacca Partners Sdn Bhd, memperlihatkan desain jembatan utama Selat Malaka terletak pada 12 km setelah Pulau Rupat.
Di tempat inilah, jembatan tak lagi menggunakan tiang, melainkan kabel-kabel besar, dengan jarak antartiang penyangga kabel 4,3 km. Jembatan juga dinaikkan hingga 76 meter, sehingga kapal-kapal tanker besar bisa menerobos jembatan ini.
Tak hanya itu, jembatan juga akan didesain dengan dua penyeberangan kapal yang lain. Namun, masing-masing hanya selebar 2,3 km dan 2,8 km.
Selat Malaka, merupakan salah satu jalur tersibuk di Asia Tenggara. Kapal-kapal besar dengan kapasitas lebih dari 300 ribu ton biasa melewati laut dengan kedalaman 50-60 meter itu.
Jembatan akan didesain sebagai tempat penyeberangan yang ekonomis dan penampilan yang menarik. Orang-orang yang lewat nantinya tak hanya menyeberangi selat, tapi juga bisa melihat pemandangan di pulau-pulau sekitar.
Pembangunan jembatan utama ini diperkirakan menelan dana US$11 miliar, sedangkan penghubung Pulau Rupat dengan Pulau Sumatera, diperkirakan membutuhkan biaya US$1,75 miliar. Total pembangunan mencapai US$12,75 miliar atau sekitar Rp110 triliun dengan kurs Rp8.600 per dolar AS. (viva)