Kondisi tongue-tie juga dikenal sebagai ankyloglossia yang terjadi sekitar 4-10 persen bayi yang baru lahir. Jenis yang paling mudah diidentifikasi adalah ketika selaput tali lidah yang dimiliki bayi pendek sehingga membatasi atau menghambat aktivitas lidah bayi, karena seharusnya tali lidah ini tidak terikat.
"Sementara bentuk lain dari kondisi ini cenderung sulit untuk dideteksi," ujar Dr Dale Tylor, asisten profesor pediatrik THT dari Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tenn, seperti dikutip dari HealthDay, Sabtu (19/11/2011).
Dr Tylor menuturkan agar bayi bisa menyusui dengan benar, maka bayi perlu menggerakkan lidahnya ke bibir mereka untuk memungkinkan ia mengisap ASI dari payudara ibunya.
"Jika ada penarikan akibat jaringan yang terikat ketat, maka bayi akan memiliki kesulitan untuk menempelkan puting ibu pada gusi atau bibirnya. Hal ini juga menyakitkan bagi si ibu bahkan bisa menyebabkan perdarahan," ujar Tylor.
Indikasi lain yang mungkin timbul adalah bayi membutuhkan waktu lama untuk menyusui, frustasi selama menyusui atau tertidur sebelum ia kenyang. Masalah-masalah ini bisa membuat ibu tidak bisa memberikan ASI secara maksimal pada bayi atau kadang harus menyerah menyusui dan menggantinya dengan susu formula.
Tapi Dr Tylor mengungkapkan lebih dari dua pertiga ibu yang bayinya memiliki tongue tie bisa berhasil menyusui setelah melakukan perawatan jalan yang disebut dengan frenotomy yaitu pengambilan atau pemotongan jaringan frenulum dengan anestesi lokal (bius lokal).
Selain itu penelitian juga menunjukkan bahwa pengobatan dini untuk tongue tie juga bisa mengurangi risiko masalah berbicara. Jika tidak diobati kondisi ini bisa menyebabkan masalah lain.
"Mereka mungkin punya masalah seperti tidak bisa menjilat es krim atau menjulurkan lidahnya. Pada dewasa bahkan mereka bisa bermasalah dengan kegiatan sosial seperti menyikat gigi atau berciuman," ujar Dr Tylor.
