Saat melakukan perjalanan jauh, para sopir truk yang diistilahkan sebagai 'trucker' ini sering terlibat transaksi seks di sepanjang Jalur Pantura. Karena mobilitasnya sangat tinggi, sopir-sopir ini mudah sekali menyebarkan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari satu tempat ke tempat lain.
Anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah, Dra Tjondrorini, MKes mengatakan mobilitas para sopir truk yang tinggi juga menyulitkan upaya pencegahan. Jangankan untuk melakukan pemeriksaan, untuk menerima penyuluhan saja para sopir akan sulit dikumpulkan.
"Akhirnya kami hanya mengandalkan upaya pencegahan dari sisi penyedia jasa, yakni para pekerja seksnya," ungkap Bu Rini, demikian ia biasa disapa dalam perbincangan singkat dengan detikHealth di Hotel Santika Semarang, Senin malam (14/11/2011).
Salah satu upaya yang dilakukan KPA Jawa Tengah adalah menyosialisasikan penggunaan kondom di kalangan perempuan pekerja seks. Inipun tidak selalu berhasil, sebab para pekerja seks sering kehilangan pelanggan akibat terlalu memaksakan penggunaan kondom.
Selain Jalur Pantura, Bu Rini mengatakan lokasi lain yang juga diwaspadai sebagai titik-titik rawan penularan HIV di Jawa Tengah adalah tempat wisata khususnya Baturaden dan Bandungan. Di daerah ini biasanya banyak tempat karaoke, yang sebenarnya menjadi lokasi prostitusi terselubung.
"Tempat karaoke biasanya hanya menjadi tempat transaksi saja, aktivitas seks selanjutnya dilakukan di tempat lain. Ini juga kami waspadai karena memang lebih sulit dipantau dibanding lokalisasi," ungkap Bu Rini yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Keluarga Berencana (KB) di BKKBN Jawa Tengah.