Masjid Agung Djenné adalah bangunan batu bata lumpur terbesar yang ada didunia dan dianggap oleh banyak arsitek menjadi sebuah pencapaian terbesar dari gaya arsitektur Sudano-Sahel. Masjid Agung terletak di kota Djenné, Mali pada dataran banjir Sungai Bani. Masjid pertama di situs ini dibangun pada abad ke-13, tetapi struktur saat ini berasal dari 1907. Selain sebagai pusat komunitas Djenné, Masjid ini adalah salah satu landmark paling terkenal di Afrika. Seiring dengan seluruh kota Djenné itu ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1988.
Menurut Informasi bahwa bangunan ini dibangun pada tahun 1200 hingga 1300, dan mengalami kerusakan parah. kemudian masjid ini dibangun lagi oleh pemerintah kolonial Prancis pada tahun 1906, gaya bangunan tersebut masih mengadopsi gaya Afrika di wilayah tersebut. Bahkan, masjid dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu contoh terbaik dari gaya arsitektur, contoh lain termasuk Agadez Masjid Agung di Nigeria dan Masjid Larabanga di Ghana.
Masjid Pada Keadaan Rusak
Apa itu sebenarnya batu Bata yang terbuat dari lumpur, yang juga disebut adobe, yakni merupakan bahan bangunan benar-benar menggunakan bahan alami tanpa ada unsur kimiawi. dimana bahan bangunannya terbuat dari pasir, tanah liat, air dan sebagai bahan perekat digunakan organik seperti jerami, tongkat atau bahkan pupuk kandang, struktur yang dihasilkan dikenal sangat tahan lama dan kokoh.
Dinding Masjid Agung ini terbuat dari bata lumpur yang dijemur dibawah sinar matahari yang disebut dengan lumpur ferey
Dinding masjid dibangun ketebalan antara 41 cm (16 inci) dan 61 cm (24 inci). Ketebalannya bervariasi tergantung pada tinggi tembok, dan bagian yang lebih tinggi dibangun lebih tebal, karena dasar harus cukup lebar untuk mendukung berat. Kumpulan cabang sawit termasuk dalam bangunan untuk mengurangi retak yang disebabkan oleh perubahan drastis yang sering di kelembaban dan suhu. Dinding melindungi bangunan dari panas di siang hari dan malam hari dan menyerap panas yang cukup untuk menjaga hangat masjid sepanjang malam.
Selokan, terbuat dari pipa keramik. Dinding doa atau quibla dari Masjid Agung menghadap ke timur menuju Mekah dan juga menghadap ke pasar kota. Para quibla masjid didominasi oleh tiga besar, kotak-seperti menara menonjol keluar dari dinding utama dan mempunyai delapan belas penopang. Setiap menara berisi tangga spiral menuju atap, dan di atas menara masing-masing berbentuk kerucut dengan topping telur burung unta.
Setiap tahun, masjid Djenné mendapat perawatan atau perbaikan dalam rangka menyambut berbagai perayaan festival rakyat sebagai hiburan yang luarbiasa, serta menyenangkan bagi masyarakat Djenné. Masjid Agung Djenné adalah salah satu “Situs Warisan Dunia” yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1988″, yang dapat dikunjungi setiap saat, tetapi tidak dibolehkan memasuki bangunan, kecuali anda Muslim. Masjid Agung ini telah ditutup untuk non-Muslim pada tahun 1996, akibat dari kerusuhan dan penembakkan salah seorang official fotografi majalah Vogue Prancis di dalam masjid.