Tugas PeperManjamen Keuangan Lanjutan
Oleh:
Abdul Salman Kusumah (1108001)
2011
Istilah behavioral finance memang baru muncul dekade ini. Pendekatan ini mencoba melihat perilaku tidak rasional terkait keputusan dan tindakan seseorang terkait transaksi keuangan yang dilakukan.
Lalu, apakah hal ini mematahkan asumsi teori ekonomi banyak diagung-agungkan selama ini? Kita tahu bahwa setiap teori ekonomi yang ada selalu didasari atas berbagai asumsi. Namun, sayangnya banyak asumsi yang dibangun bahkan sama sekali tidak realistis.
Ceteris paribus misalnya, yang mengasumsikan bahwa semua faktor lainnya tidak berubah dalam menjelaskan suatu teori tertentu. Ini jauh dari realitas. Begitu juga prediksi bahwa orang akan bertindak rasional dalam mengambil keputusan.
Orang yang unggul adalah orang secara umum berbeda dengan yang lainnya. Berbeda dalam cara memandang fenomena, berbeda dalam cara memecahkan masalah, dan berbeda dalam mengantisipasi permasalahaan, bahkan berbeda dalam orientasi tindakan.
Bila orang diasumsikan semuanya bersifat rasional, maka tidak akan ada peluang bagi orang-orang tersebut untuk menjadi lebih baik dibanding dengan rekannya. Pola berpikir (mindset) yang berbeda lah yang dapat membuat orang itu menjadi lebih dibanding lainnya. Lebih dalam hal ini bisa positif atau negatif. Tinggal pilih yang mana.
Lalu bagaimana dengan postulate risk and return dimana risiko berbading lurus dengan tingkat keuntungan?
Apakah ini juga tetap dan selalu berlaku? Kita akan diskusikan di pembahasan selanjutnya.
Behavioral finance menjadi aspek baru dalam dunia keuangan Kenapa baru? Ya, karena di dalam behavioral finance, kita akan melihat factor lain yang menetukan keberhasilan dan kegagalan investasi bukan hanya dari sisi modern portfolio Theory (MPT) yang menganalisis portofolio hanya dari sisi matematis tetapi kita akan melihat dan menganalisis factor psikologi yang dapat mempengaruhi keputusan investasi seseorang.
Menurut marthin weber (1999) �behavioral finance merupakan kombinasi dari perilaku individu, fenomena pasar saham, penggunaan pengetahuan yang diadopsi dari bidang psikologi dan teori manajemen keuangan�. Nah disini kita akan mencoba mengupas tentang faktor � faktor psikologi yang mempengaruhi investasi.
Keserakahan (Greedy)
Sifat ini merupakan hasil dari ketamakan dari manusia (investor) untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu yang singkat. Keserakahan dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan yang terlalu tinggi terhadap pasar modal maupun sarana investasi lain dan hal ini sangat berbahaya bagi masa depan sang investor.
Misalnya saat IHSG dari angka 1200 yang kemudian untuk pertama kalinya naik menjadi 2000. Karena ketamakan dan berharap untung yang besar maka investor yang lugu tanpa pikir panjang akan ikut-ikutan menginvestasikan dan membeli saham yang sedang naik. Tapi apa yang terjadi kemudian ternyata IHSG turun dan ini akan menyebabkan kerugian.
Ekspektasi yang berlebihan
Karena investor merasa sangat tamak, hal ini bisa mengakibatkan investor menjadi sangat mengharapkan sesuatu diluar kebiasaan tentang risiko investasi maupun keuntungan investasi. Menabung menjadi kurang dan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang diinginkan karena investor mengharapkan keuntungan invetsai yang tidak realistik. Bila harapan sang investor tidak terwujud dia harus mencari alternatif investasi lain yang mungkin saja lebih tidak realistik, dengan harapan dapat mengejar kekurangan yang selama ini terjadi.
Ketakutan (Fear)
Dalam kaitannya dengan investasi, rasa takut diartikan dengan tidak adanya rasa percaya terhadap pasar modal. Naik turunnya (volatilitas) harga saham membuat orang takut untuk berinvestasi. Misalnya (lanjutan dari cerita di atas) saat harga saham terus turun, investor yang takut, akan menjual sahamnya dengan harapan dia tidak mengalami kerugian lebih besar tanpa melihat masa depan dari saham tersebut. Akhirnya si Investor mengalami beli tinggi jual rendah, bukan untung malah buntung.
Penyesalan (Regret)
Ini yang membuat orang takut untuk bisa bergerak mengambil keputusan investasi. Orang yang takut mengambil resiko tidak ingin mengalami penyesalan dan lebih memilih untuk diam terhadap peluang yang ada.
Inilah beberapa faktor psikologi yang ada dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan mengetahui faktor tersebut diharapkan investor bisa lebih mengkombinasikan antara teori keuangan (analisis fundamental) dan factor psikologi yang ada sehingga investor bisa lebih bijak dalam menentukan keputusan investasi
Jangan asal copy paste! baca aturannya disini
ReEditPost By Kang Salman
www.kucoba.com
Ingin mendapat penghasilan tambahan? Cara kerja mudah hanya dengan melakukan survey dan mengisi angket lalu anda akan di bayar. Itulah pekerjaan anda disini <= klik untuk daftar dan memanen uang $ seperti saya. Gratis
Dapatkan update artikel terbaru kami langsung ke email anda.