Para wartawan cilik di Istana Wapres (foto: Taufik Hidayat/okezone)
Wajah ketiga bocah perempuan itu tampak antusias, mereka senang bukan kepalang. Tak sia-sia mereka datang beratus-ratus kilo meter dari Lampung menuju ibu kota Jakarta, untuk berbicang dengan Wakil Presiden Boediono.
Beruntunglah mereka bisa mewawancarai ekonom Indonesia yang dikenal irit bicara kepada wartawan sejak dia mendampingi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ketiganya menjadi waratawan dalam program wartawan cilik yang diasuh oleh Lampung Post. Program tersebut dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional untuk memberikan motivasi dan minat kepada anak-anak dalam dunia jurnalistik.
Ketiga bocah itu adalah siswi Sekolah Dasar (SD) yang terpilih dari beberapa siswa lainya untuk berikesempatan memewawancarai mantan Gubernur BI itu.
"Nggak nyangka bisa wawancara Wapres. Senang bangga. Begitu datang gugup-gugup gimana gitu. Sebenernya deg-degan bisa mewawancarai Pak Boediono," kata Siswi kelas 6, SD Al Kautsar, Rayi Fatin Naura sumringah kepada wartawan di Kantor Wapres di Jakarta, Selasa (29/3/2011).
Rayi, bersama kedua rekanya, Aurora Louisa kelas 5 dari SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung dan Zulfa Zurul Izzah kelas 5 dari SD Al Azhar tampak antusias bercerita di hadapan wartawan mengenai pengalamanya mewawancarai pejabat negara.
Kesan yang mereka tangkap dari Boediono, adalah seorang yang humoris, hangat dan ramah. Padahal sebelumnya mereka menganggap orang nomor dua di Indonesia itu seorang yang serius.
"Pak Boediono orangnya baik suka bercanda," kata Rayi.
Mengawali perbincangannya, mereka bertanya tugas Boedono sebagai seorang wakil presiden.
"Ketika kami tanya, apa perannya, dia jawab, tentunya membantu presiden," kata mereka menirukan Boediono.
Semua yang dikatakan Boediono mereka tulis dalam buku saku. Sesekali mereka membuka catatan saat menjawab pertanyaan para wartawan istana.
Tidak hanya pekerjaan yang ditanyakan, hobi dan cita-cita Boediono sewaktu remaja pun mereka ingin ketahui.
Boediono, tutur Rayi tak pernah berpikir menjadi seorang pejabat negara. Padahal sejak kecil Boediono ingin menjadi seorang pemahat wayang, maklum sejak kecil saat tinggal di Blitar, Jawa Timur, dia menyukai pertunjukan wayang. Saat remaja Boediono suka berolah raga seperti joging dan bermain sepak bola.
"Cita-citanya jadi pemahat wayang. Pak Boediono bilang, dia bilang ketika di Blitar banyak suka main wayang, nonton wayang. Jadi dia ingin sekali membuat wayang," jelas Rayi polos.
Bersama teman-temanya dia suka sekali mengelilingi desa dan bermain di kali. Boediono, kata Rayi suka juga menggembala kambing.
Boediono berpesan kepada mereka agar menjadi menjadi diri sendiri dan mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sebab setiap orang berkesempatan menjadi pemimpin bangsa.
"Jadilah diri sendiri. Siapkan dirimu jadi pemimpin bangsa. Setiap anak bangsa, anak petani, bisa menjadi pemimpin bangsa. Apa pun yang ada di depan dikerjakan sebaik-baiknya," tuturnya.