Ilustrasi:SINDO
JAKARTA - Polemik terkait format kompetisi musim ini akhirnya berujung pada perpecahan di tubuh PSSI. Hal ini terjadi karena 16 klub menolak format kompetisi Indonesia Primer League dengan 24 klub yang akan digelar mulai 15 Oktober.
Perpecahan ini mencuat usai pertemuan manajer klub di Hotel Ambhara, Jakarta tadi malam yang membahas manual liga dan hasil verifikasi yang dilakukan AFC terhadap klub peserta Indonesia Primer League.
Kubu yang menolak format kompetisi dengan 24 klub, tergabung dalam klub pendukung PT Liga Indonesia. Klub yang tergabung dalam kelompok ini adalah, Persipura Jayapura, Persib Bandung, Persebaya (Wishnu Wardhana), Persiba Balikpapan, Pelita Jaya, Sriwijaya FC, Persidafon, Persiwa, Persela Lamongan, PSPS, Semen Padang FC, Deltras Sidoarjo, Persisam Samarinda, Arema Indonesia,Persija (Ferry Paulus), dan Mitra Kukar.
Sementara kubu lainnya yang mendukung kompetisi format 24 klub yakni Persiraja Banda Aceh, PSMS Medan, Persibo Bojonegoro, Persija Jakarta versi Bambang Cipto, PSM Makassar, Persema Malang, Persiba Bantul, Persijap Jepara, Persebaya Surabaya kubu Cholid Goromah.
Keputusan PSSI mengubah jumlah peserta kompetisi dari 18 menjadi 24 menurut kelompok 14 telah menyalahi statuta PSSI. Penunjukan pengelola liga kepada PT Liga Prima Indonesia Sportindo juga dipertanyakan legalitasnya.
“Kita hanya menjalankan aturan sesuai statuta. Karena mereka melanggar statuta kami tidak setuju,” ujar juru bicara klub pendukung PT Liga Indonesia, Harbiansyah Hanafiyah kepada Okezone, Jumat (14/10/2011).
Sebelumnya, kebijakan PSSI mengubah format kompetisi menimbulkan protes dari sejumlah klub.Terlebih, jadwal pertandingan yang akan dilakoni klub menjadi sangat padat. Menurut Harbiansyah, PSSI seharusnya mendengarkan aspirasi klub, dan tidak membuat keputusan yang merugikan klub, sebab PSSI hanya wadah asosiasi.
“Aturan klub ini kita yang punya, mereka seharusnya hanya pelaksana,” tegasnya.
Liga Indonesia yang akan digulirkan PSSI dengan pengelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo akan digelar 15 Oktober nanti, sementara kelompok 16 memilih bergabung dalam liga yang dikelola PT Liga Indonesia yang diketuai Djoko Driyono. Liga tersebut rencananya akan digulirkan 1 Desember 2011.
Harbiansyah pun menegaskan pihaknya tidak akan bernegosiasi dengan PSSI lagi soal format liga. “Tidak ada negosiasi, mereka yang harus ikut kami ISL, mereka mengubah nama, perusahaan. Perusahaannya juga tidak jelas, apakah legal atau tidak?,” kata pria yang juga Presiden Direktur Persisam Putra ini.
Dia pun menegaskan tidak takut jika PSSI memberikan sanksi, seperti yang dilakukan PSSI era Nurdin Halid pada klub-klub yang membelot ke Liga Primer Indonesia musim lalu. “Bagaimana sanksi, kami tidak melanggar statuta,” jawabnya berapi-api.
Perpecahan ini mencuat usai pertemuan manajer klub di Hotel Ambhara, Jakarta tadi malam yang membahas manual liga dan hasil verifikasi yang dilakukan AFC terhadap klub peserta Indonesia Primer League.
Kubu yang menolak format kompetisi dengan 24 klub, tergabung dalam klub pendukung PT Liga Indonesia. Klub yang tergabung dalam kelompok ini adalah, Persipura Jayapura, Persib Bandung, Persebaya (Wishnu Wardhana), Persiba Balikpapan, Pelita Jaya, Sriwijaya FC, Persidafon, Persiwa, Persela Lamongan, PSPS, Semen Padang FC, Deltras Sidoarjo, Persisam Samarinda, Arema Indonesia,Persija (Ferry Paulus), dan Mitra Kukar.
Sementara kubu lainnya yang mendukung kompetisi format 24 klub yakni Persiraja Banda Aceh, PSMS Medan, Persibo Bojonegoro, Persija Jakarta versi Bambang Cipto, PSM Makassar, Persema Malang, Persiba Bantul, Persijap Jepara, Persebaya Surabaya kubu Cholid Goromah.
Keputusan PSSI mengubah jumlah peserta kompetisi dari 18 menjadi 24 menurut kelompok 14 telah menyalahi statuta PSSI. Penunjukan pengelola liga kepada PT Liga Prima Indonesia Sportindo juga dipertanyakan legalitasnya.
“Kita hanya menjalankan aturan sesuai statuta. Karena mereka melanggar statuta kami tidak setuju,” ujar juru bicara klub pendukung PT Liga Indonesia, Harbiansyah Hanafiyah kepada Okezone, Jumat (14/10/2011).
Sebelumnya, kebijakan PSSI mengubah format kompetisi menimbulkan protes dari sejumlah klub.Terlebih, jadwal pertandingan yang akan dilakoni klub menjadi sangat padat. Menurut Harbiansyah, PSSI seharusnya mendengarkan aspirasi klub, dan tidak membuat keputusan yang merugikan klub, sebab PSSI hanya wadah asosiasi.
“Aturan klub ini kita yang punya, mereka seharusnya hanya pelaksana,” tegasnya.
Liga Indonesia yang akan digulirkan PSSI dengan pengelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo akan digelar 15 Oktober nanti, sementara kelompok 16 memilih bergabung dalam liga yang dikelola PT Liga Indonesia yang diketuai Djoko Driyono. Liga tersebut rencananya akan digulirkan 1 Desember 2011.
Harbiansyah pun menegaskan pihaknya tidak akan bernegosiasi dengan PSSI lagi soal format liga. “Tidak ada negosiasi, mereka yang harus ikut kami ISL, mereka mengubah nama, perusahaan. Perusahaannya juga tidak jelas, apakah legal atau tidak?,” kata pria yang juga Presiden Direktur Persisam Putra ini.
Dia pun menegaskan tidak takut jika PSSI memberikan sanksi, seperti yang dilakukan PSSI era Nurdin Halid pada klub-klub yang membelot ke Liga Primer Indonesia musim lalu. “Bagaimana sanksi, kami tidak melanggar statuta,” jawabnya berapi-api.