Sejarah Lampu Riting Atau Lampu Sein
Lampu Riting adalah komponen penting kendaraan bermotor, karna lampu ini adalah suati indikator suatu kendaraan untuk bnerbelok ke kiri maupun ke kanan, sehingga akan menghindarkan kendaraan dari kecelakaan. bahkan saking pentingnya komponen ini, Polisi akan menilang kalian jikakalian ketahuan mengendarai kendaraan bermotor tanpa lampu riting/sein di jalan raya. Tapi mengenai lampu riting sendiri, apakah kalian mengetahui bagaimana sejarah lampu riting ?
Jika tidak tahu, silahkan lihat penjelasan di bawah ini :
Pada abad 18 , Kendaraan beroda masih berbentuk gerobak biasa dengan tempat duduk yang ditarik oleh kuda, Tapi menjelang peralihan abad 18, Fungsi kuda sebagai penarik kendaraan mulai digantikan oleh tenaga uap dan bahan bakar lainya. Adalah Nicholas Cugnot, orang inggris yang berhasil memperkenalkan temuanya berupa kendaraan yang dapat berjalan tanpa kuda, yaitu dengan bahan bakar uap. Walaupun bentuknya masih standart, tapi kendaraan buatan Cugnot inilah yang kemudian menginspirasi para ahli untuk dapat menciptakan kendaraan-kendaraan canggih lainya.
Bahkan setelah Henry Ford dan Gottlieb Daimler menemukan kendaraan yang dilengkapi mesin penggerak roda yang disertai dengan pembakaran serta penemuan mobil tenaga bensin , Tren penggunaan gerobak bermesin makin merajalela, Pada awalnya hanya kalangan kaya dan kaum bangsawan yang bisa membeli kendaraan jenis ini, Tapi lama-kelamaan harga mobil ini makin turun dikarenakan produsen mobil yang makin banyak .
Hal ini di satu sisi menguntungkan banyak pihak karna sarana transportasi menjadi lebih maju dan lebih cepat, tapi di satu sisi , jumlah mobil yang makin banyak juga menimbulkan permasalahan tersendiri. Yaitu "Kecelakaan". sebelum diciptakanya kendaraan bermesin seperti mobil, kendaraan yang ada hanya sebatas sepeda dan gerobak kuda, sehingga jika terjadi kecelakaan, tidak ada korban jiwa, paling hanya memar biasa (maklum saja, kecepatan sepeda genjot dan gerobak kuda saat itu tak memang tak lebih dari 20 km perjam). Tapi lain halnya dengan mobil bertenaga bensin yang bisa melaju sampai kecepatan 50 km per jam, Maka kemudian bisa ditebak apa yang terjadi, yaitu banyak nyawa yang melayang karna kecelakaan.
Hal ini di satu sisi menguntungkan banyak pihak karna sarana transportasi menjadi lebih maju dan lebih cepat, tapi di satu sisi , jumlah mobil yang makin banyak juga menimbulkan permasalahan tersendiri. Yaitu "Kecelakaan". sebelum diciptakanya kendaraan bermesin seperti mobil, kendaraan yang ada hanya sebatas sepeda dan gerobak kuda, sehingga jika terjadi kecelakaan, tidak ada korban jiwa, paling hanya memar biasa (maklum saja, kecepatan sepeda genjot dan gerobak kuda saat itu tak memang tak lebih dari 20 km perjam). Tapi lain halnya dengan mobil bertenaga bensin yang bisa melaju sampai kecepatan 50 km per jam, Maka kemudian bisa ditebak apa yang terjadi, yaitu banyak nyawa yang melayang karna kecelakaan.
Dan sebagian besar kecelakaan dikarenakan karna adanya tabrakan yang terjadi di tikungan, Hal ini dikarenakan belum adanya alat yang bisa menandakan bahwa mobil tersebut akan belok kanan, belok kiri, ataupun lurus. para pengendara hanya mengandalkan teriakan mereka untuk memberi tahu pada pengguna jalan lain bahwa mereka akan berbelok. tapi itu tidak efektif karna kesadaran para pengendara yang masih rendah dan tak mau capek-capek berteriak untuk memberitahukan pada Pengguna jalan.
Oleh karna itu maka kemudian diciptakan alat pemberi tanda bahwa kendaraan akan berbelok, yaitu sebuah lonceng atau peluit uap, Sekitar tahun 1920 an, Pabrik-pabrik kendaraan di jerman mulai memasang lonceng dan peluit di kendaraan produksi mereka. Lonceng ini berfungsi sebagai tanda indikator bahwa mobil akan belok. Cara kerja lonceng atau peluit ini sangat sederhana, yaitu jika lonceng berbunyi sekali, berarti mobil akan belok ke kanan, jika berbunyi dua kali, maka kendaraan berarti akan belok kiri, jika tak ada bunyi lonceng, berarti kendaraan tidak belok (lurus). Sehingga para pengemudi tak perlu capek2 berteriak, mereka cukup menarik tali yang akan terhubung ke lonceng indikator itu tadi.
Oleh karna itu maka kemudian diciptakan alat pemberi tanda bahwa kendaraan akan berbelok, yaitu sebuah lonceng atau peluit uap, Sekitar tahun 1920 an, Pabrik-pabrik kendaraan di jerman mulai memasang lonceng dan peluit di kendaraan produksi mereka. Lonceng ini berfungsi sebagai tanda indikator bahwa mobil akan belok. Cara kerja lonceng atau peluit ini sangat sederhana, yaitu jika lonceng berbunyi sekali, berarti mobil akan belok ke kanan, jika berbunyi dua kali, maka kendaraan berarti akan belok kiri, jika tak ada bunyi lonceng, berarti kendaraan tidak belok (lurus). Sehingga para pengemudi tak perlu capek2 berteriak, mereka cukup menarik tali yang akan terhubung ke lonceng indikator itu tadi.
Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat gambar di bawah ini, Posisi lonceng ada di tempat yang diberi tanda panah..
Tapi ternyata penggunaan lonceng indikator inipun tak efektif, Hal ini dikarenakan jika aktivitas lalulintas ramai, sedangkan banyak kendaraan yang melintas, Maka bunyi lonceng yang bersahut-sahutan justru akan membingungkan para pengguna jalan. Maka perlu dicari lagi alat indikator yang lebih baik dan Efektif
Dan akhirnya pada tahun 1930 ,Atas saran seorang penduduk lokal Inggris, maka dibuatlah sebuah alat indikator yang berupa lampu tambahan yang dipasang persis di samping lampu penerangan utama. Indikator ini ternyata sangat efektif dan lebih mudah digunakan , Pengendara cukup menekan tombol kontak yang tersambung dengan lampu indikator . Lampu yang kemudian lebih dikenal dengan light sein ini (orang Indonesia lebih mengenalnya sebagai lampu riting) kemudian menjadi standart baru pembuatan kendaraan bermotor di seluruh dunia.
Dan penggunaan lampu sein ini sampai sekarang masih menjadi syarat mutlak kelengkapan suatu kendaraan bermotor.
Sumber. http://sekedar-tahu.blogspot.com/2010/02/sejarah-lampu-riting-atau-lampu-sein.html
Sumber. http://sekedar-tahu.blogspot.com/2010/02/sejarah-lampu-riting-atau-lampu-sein.html