Kegemaran masyarakat Indonesia berbelanja barang-barang menjadi peluang perbankan untuk menawarkan kredit konsumsi dan kartu kredit yang berarti utang. Bagaimana mengatasi keinginan mencari utang?
Menurut wealth planner dan perencana ekonomi keluarga, Aidil Akbar ini terjadi karena banyak sekali likuiditas yang terdapat di perbankan. Akibatnya, akhir-akhir ini banyak sekali bank yang menawarkan ngutang alias kredit tanpa jaminan dan kartu kredit.
Sementara di lain pihak dana tersebut ada biayanya dan bank harus meyalurkan dana tersebut secepatnya. "Nah, kalau mengucurkan kredit ke perusahaan prosesnya lama dan ruwet, maka cara paling mudah adalah mengucurkan ke individu alias consumer kredit," jelasnya yang dikutip dari aidilakbar.com.
Tetapi pertanyaan, mengapa bank senang sekali memberikan kredit komsumtif. Pertama dari sisi psikologis dan gaya hidup masyarakat Indonesia hobby berbelanja, menghambur-hamburkan uang, memiliki gengsi yang tinggi, dan hidup di atas batas.
Aidil mengutip Dan Benson, seorang Perencana Keuangan dari Amerika Serikat dalam bukunya yang berjudul12 Stupid Mistake People Make With Their Money. Di dalam bukunya terdapat tes yang bisa dilakukan untuk menjawab tujuh buah pertanyaan yang dapat mengetahui apakah kita sudah terperangkap hutang dan lebih spesifik hutang konsumtif.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apakah kita mengalami defisit alur kas setiap bulannya? Defisit alur kas atau Cash Flow menunjukan bahwa pengeluaran kita jauh lebih besar dibandingkan penghasilan kita yang artinya kita sebenarnya secara financial belum sanggup untuk membeli aset baru.
2. Apakah Hutang Kita (konsumtif) melebihi dari 5% penghasilan perbulannya? Kelebihan hutang konsumtif menunjukan bahwa kita kurang berhati-hati dalam membelanjakan dana kita sehingga barang-barang yang kita beli sebenarnya belum perlu atau tidak perlu sama sekali.
3. Apakah Kita selalu membayar tagihan kartu kredit dengan jumlah pembayaran minimal? Hal ini menunjukan bahwa kita mulai memiliki masalah dalam mengelola hutang-hutang kita sehingga dikarenakan alur kas kita yang defisit mengharuskan kita membayar hutang kartu kredit dengan pembayaran minimal.
4. Apakah Kita selalu membayar dengan kredit setiap pembelian barang-barang konsumtif atau yang nilainya menurun? Menunjukan bahwa sebenarnya kita belum mampu membeli barang tersebut akan tetapi memaksakannya.
5. Apakah Kita pernah menerima denda atau mendapat surat teguran perihal tagihan kredit Kita? Artinya kita sedang mengalami masalah besar dalam mengelola hutang-hutang kita.
6. Apakah Kita tidak dapat menyisihkan sedikitnya 10% dari penghasilan kotor untuk tabungan dan investasi jangka panjang? Bagaimana mungkin kita menyisihkan 10% dari dana untuk investasi jangka panjang apabila untuk menutupi kebutuhan bulanan saja kita masih defisit.
7. Apakah Kita selalu resah dengan situasi keuangan Kita? Masalah keuangan selalui menghantui kita dan dapat mengakibatkan stress yang mendalam.
Jika seluruh jawaban kita adalah “Ya”, berarti Kita memang telah masuk ke dalam jeratan utang, baik kartu kredit atau utang lainnya. Kita kemungkinan telah terjebak dalam sindrom “beli sekarang, bayar selamanya”. Test ini cukup baik untuk menjawab argumentasi orang yang mengatakan bahwa apabila mereka tidak beli sekarang maka mereka tidak akan pernah punya aset atau barang tersebut.
Jadi ingat ya, Kredit bukanlah suatu hal yang menakutkan dan harus dihindari apabila kredit tersebut adalah kredit produktif. Akan tetapi, kredit harus benar-benar dikelola secara hati-hati agar tidak terjebak ke dalam belitan hutang yang berkepanjangan. Apalagi menyesal selalul datang belakangan.
Baca Selengkapnya...