Namun, tak semuanya berakhir dengan sukses. Berikut beberapa kejadian fatal remaja yang mewarnai rambut. Mereka mengalami reaksi alergi parah seperti tubuh membengkak, kulit terbakar hingga kematian.
Bethany Rodd

Wajahnya mulai membengkak dan membuat matanya nyaris tertutup. Diduga, itu akibat para-phenylenediamine (PPD), pewarna kimia digunakan secara luas yang dapat memicu reaksi alergi.
Bethany yang juga alergi plastik dan penisilin, harus diberi serangkaian suntikan steroid agar tak memicu reaksi alergi di masa depan. Dokter mengatakan dia tak dapat mewarnai rambut lagi demi kesehatannya.
Jack Taylor

Bahkan, ruam parah di wajahnya juga sempat mengeluarkan darah. Dia harus mendapat suntikan steroid dan antihistamin selama empat hari sebelum gejala-gejala ini menghilang. Kulit kepala dan wajahnya mulai berangsur membaik setelah diobati selama empat minggu.
Chloe Robins
Gadis 14 tahun ini tergila-gila mengubah penampilannya menjadi bak pesohor. Dua hari setelah mewarnai rambut bukannya penampilan menarik, ukuran kepalanya membengkak dua kali dibanding ukuran normal. Ia bahkan merasa, wajahnya berubah seperti ukuran gajah.
Akibat alergi ini, sang ibu, Joanna langsung melarikannya ke rumah sakit. Selain mengalami pembengkakan, Chloe juga mengalami kesulitan bernapas, gatal-gatal dan kesakitan. Bahkan dari pori-pori kepala gadis ini mengalir cairan kuning serupa nanah. Ternyata, Chloe juga mengalami reaksi alergi PPD.
Tabatha McCourt
Hal yang lebih mengenaskan terjadi pada remaja 17 tahun, Tabatha McCourt. Reaksi alerginya berlangsung sangat cepat dan membuat gadis ini tak tertolong. Hanya berselang 20 menit setelah mewarnai rambut bersama sahabatnya, Tabatha merasa sangat kesakitan hingga menjerit dan menarik-narik rambutnya, muntah dan pingsan.
Di rumah sakit, para dokter tak dapat menolong nyawanya. Tabatha meninggal di hari yang sama.
