pm/darwis
Yuda (kanan) dan Ananda yang ompong setelah dihajar gurunya.
Cerita ini berasal dari Dusun V Sukaramai, Kec Sei Lapan, Langkat. Untuk tiba di dusun itu memakan waktu sekitar satu setengah jam dari kota Stabat atau berjarak sekitar 45 km dengan melintasi jalan berbatu Perkebunan Buluh Telang.
Begini kisahnya. Akhir Juli lalu, sepulang sekolah, Fadillah (10) alias Fu menemukan uang Rp100 di jalan. Setelah menemukan uang itu Fadillah mentraktir teman-temannya membeli jajanan di warung.
Tapi, dua hari setelah itu, Nyonya Basinga yang nama aslinya adalah Jasimah— mengajar di SDN 057764 dusun setempat— dapat kabar soal temuan uang Rp100 ribu itu. Lantas diperintahkannya sang suami, Nurdin Sembiring (48) alias Rudi mendatangi rumah muridnya itu, yang masih satu kampung.
Kepada Fadillah Rudi mengklaim uang Rp100 ribu itu milik istrinya.
“Suami ibu guru itu datang ke rumah kami. Dia menanyakan kepada Fadillah apakah ada menemukan uang Rp100 ribu. Anakku bilang ada, tapi sudah habis dijajankannya sama teman-temannya. Tapi anakku tak tahu kalau itu uang gurunya,” kata ibu Fadillah, Sihar beru Sitepu (48) yang ditemui Jumat (6/8) akhir pekan lalu di rumahnya berdinding papan.
Keesokan harinya, atau Kamis (29/7), Nyonya Basinga menemui Fadillah di kelas dan meminta agar uang Rp100 ribu yang ditemukannya itu segera dipulangkan.
“Kau ambil uangku, ayo pulangkan,” kata Nyonya Basinga sambil menjewer, menjambak, dan menampar wajah Fadillah.
“Kami nggak mencuri bu, kami dapat di jalan,” jawab Fadillah mengerang kesakitan.
Meski begitu, Fadillah tetap mendapat hukuman. Anak bontot dari 8 bersaudara ini ditoyor, rambutnya kembali dijambak.
“Setelah kejadian itu kami membawa Fadillah ke puskesmas pembantu, tapi karena kondisinya tak bagus, kami larikan ke RSU Tanjung Pura. Kata dokter anak kami syok lalu jatuh sakit. Badannya panas,” ungkap ibunya bernada kecewa didampingi suaminya, Seno (50).
Begitupun, Sihar mengaku mencoba menahan diri untuk tidak memperpanjang masalah. Tapi yang membuat Sihar kesal, anaknya tak lagi mau sekolah. “Pernah saat makan dia muntah. Sekarang anakku itu jadi pendiam, tak mau diajak ngomong. Lihatlah itu,” kata Sihar kenes, sambil menelunjuk ke arah Fadillah yang terbaring di ruang tamu.
Sementara kata ayah Fadillah, kejadian serupa sebelumnya sudah pernah dialami anaknya.
“Waktu itu anak kami masih kelas 2 SD. Tangannya ditusuk pakai pulpen sama guru itu hingga membengkak bahkan sempat infeksi. Begitupun kejadian itu sudah kami maafkan. Tapi kejadian yang sekarang ini memaksa kami melaporkan guru itu ke pihak berwajib,” kata Seno yang sehari-hari cari duit dari menderes getah karet.
Saat reporter koran ini mewawancarai Fadillah, dia tampak ketakutan saat dijejali beberapa pertanyaan. Dia hanya terbaring di ruang tamu.
“Aku takut jumpa ibu itu,” jawabnya.
Dari Fadillah juga diketahui bahwa gurunya, Nyonya Basinga kerap berlaku kasar kepada puluhan murid-muridnya. (darwis)
Gigiku Rompal Kena Hajar
Perlakuan sadis juga pernah dialami Suyadi Prayuda (11). Giginya sampai tanggal kena hajar Nyonya Basinga.
Bocah berkulit legam ini pun trauma asal ketemu Nyonya Basinga. Tak mau lagi dia sekolah.
Suyadi Prayuda yang akrab dipanggil Yuda sudah berhenti sekolah sejak kelas 3 SD. Jika bersekolah, Yuda harusnya sudah kelas 6 SD.
“Aku nggak mau lagi ke sekolah itu. Aku takut sama ibu Jasimah. Kalau ibu itu masih di situ, aku nggak mau sekolah,” tukasnya.
Kata Yuda, penganiayaan yang dialaminya terjadi saat kelas III. Ketika itu dia mendapat pekerjaan rumah pelajaran matematika.
“Aku dikasih tugas matematika, tapi aku salah menjawab. Sama ibu itu aku ditampar dan ditoyor sampek gigiku ini patah,” katanya sambil menjungkit bibir sampingnya, bermaksud agar giginya yang tanggal terlihat.
Perlakukan kasar tak henti-hentinya diterima Yuda. “Aku juga pernah dikurung dalam kelas, aku takut kali bang,” akunya yang dendam pada ibu gurunya itu.
“Maunya dia ditangkap polisi baru aku balik sekolah,” sambungnya.
Selain Yuda, Eko Ananda Sembiring (10) juga bernasib serupa. Bahkan lebih parah, dua gigi depan Eko rompal karena ditoyor Nyonya Basinga. Namun Eko tetap bersekolah dan sekarang sudah kelas 4 SD.
“Itu kejadiannya waktu aku kelas 3 SD. Dia mukulnya dari bawah, kayak menyongket dagu, makanya gigiku patah kayak gini,” kata bocah ini cengar-cengir memperlihatkan giginya.
Rompalnya gigi Eko berawal dari saling ejek dirinya dengan kakak kelasnya. “Aku ejek-ejekan sama kawan. Habis, dikatai kawanku itu bapakku. Kuejek dia sampai nangis. Waktu itulah datang ibu itu, aku pun ditamparnya kuat,” ungkap bocah berkulit legam ini.
Korban Nyonya Basinga terus betambah. Abang kandung Fadillah, Ananda yang pernah bermain bola kasti dengan Agung, anak Nyonya Basinga, menangis karena kalah. Rupanya, Nyonya Basinga tidak terima dan menampar, menjambak serta menoyor Ananda.
“Sakit kali bang, anaknya yang salah, kami yang dimarahin ibu itu. Rambutku dijambak, kupingku dipulasnya, sudah gitu kena tampar lagi,” ujar Ananda yang sekarang duduk di bangku kelas 6.
“Kalau yang kena tampar sama ibu itu sudah banyak, mungkin lebih sepuluh orang. Aku ingat ada Suyadi, Uden, Wahono, Asri, Finda, Sarah, Eko, Ananda dan Yuda, yang pernah kena tampar,” sambungnya sembari berharap Nyonya Basinga dipindahkan dari seklah mereka.
Kembali kepada Sihat beru Tarigan dan Sewo selaku ibu dan ayah Fadillah, kasus pemukulan putranya itu akan segera diadukan ke pihak berwajib.
“Besok, (hari ini) akan kami laporkan kasus ini ke Polres Langkat. Kami telah meminta bantuan kepada P2TP2A Kabupaten Langkat. Rencananya bapak Togar Lubis dari P2TP2A akan mendampingi nantinya,” kata Seno dan istrinya.
Kasek Klaim Sudah Berdamai
Kepala Sekolah SDN 057764 Agus Manginar Sitanggang ketika dikonfirmasi via telepon selular, Minggu (9/8) mengungkapkan, kekesaran yang dilakukan Ibu Jasiman alias Nyonya Basinga terhadap Fadillah telah berujung perdamaian.
“Orang itu sudah damai, jadi sudah nggak ada masalah lagi,” katanya enteng.
Ditanya berdamai dengan siapa sebab ada sejumlah murid yang menjadi korban kekesaran di sekolahnya, Agus Mangindar malah emosi.
“Di mana rupanya Anda? Sekarang begini, ngapain Anda campur tangan. Kalau korbannya mau melapor biarkan saja, jangan dicampur-campuri,” tukas Agus Manginar Sitangang sambil menutup telpon.
Sementara Kades Telaga Said Ramli Sitepu ketika membenarkan perilaku buruk Ibu jasiman. “Sudah lama kami mendengar adanya penganiayaan terhadap anak sekolah di SD itu, tapi belum ada warga yang melapor, baru keluarga Fadillah yang berani buat laporan,” kata Ramli. (darwis)