Pedagang di sekitar makam Sunan Ampel (Foto: Nurul A/okezone)
Karomah itupun diberikan kepada sembilan penyebar agama Islam di Pulau Jawa atau yang dikenal dengan Wali Songo. Salah satunya adalah Raden Rahmad atau akrab disebut Sunan Ampel.
Sunan Ampel yang diperkirakan wafat pada 1481 M dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel Surabaya. Sebagai orang pilihan atau Wali ini, karomah sang Sunan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Bahkan, akibat karomah itulah banyak orang "menggantungkan” hidupnya di sekitar makam.
Sebelum masuk ke makam Sunan Ampel, pengunjung tentu melewati pintu gerbang. Di pintu gerbang tersebut berjejer ratusan pedagang yang mengais rejeki dari karomah sang wali ini.
Sebut saja Mahrus (43). Pedagang pernak-pernik Islami ini mengaku berjualan di areal makam ini sangat beruntung. Terlebih lagi di momen mendekatai Lebaran. Ibaratnya, beberapa pedagang di kawasan tersebut sedang panen raya.
Sebab selama bulan puasa ini makam Sunan Ampel banyak pengunjung yang datang. "Biasanya mulai malam 17 Ramadan keuntungan mencapai rata Rp1,5 Juta hingga H-3 lebaran," kata Mahrus pria yang mengaku sudah puluhan tahun berdagang di kawasan tersebut.
Senada juga dituturkan Siti Aminah (35), penjual kurma di kawasan Sunan Ampel. Berbagai jenis Kurma seperti Kurma Sekki, Khindri, Kurma Nabi dan lain-lain disuguhkan untuk buka puasa.
Menurut perempuan berkerudung ini, berkah dari makam Sunan Ampel yang terkenal ini juga berimbas kepada para pedagang. "Ada banyak anggapan bahwa kalau mencari Kurma ya di Ampel," kelakarnya.
Baik Mahrus maupun Siti Aminah mengaku yakin bahwa banyaknya pengunjung yang datang, otomatis memberi keuntungan bagi para pedagang karena karomah Sunan Ampel. Sebagai orang yang berilmu tentunya nama Sunan Ampel sangat terkenal.
"Ibaratnya biar pun orangnya sudah meninggal, tapi masih bisa memberi manfaat kepada yang masih hidup," tutur Mahrus.
Kedatangan Sunan Ampel ke Surabaya ini membawa cahaya bagi syiar Islam di Nusantara. Dia diketahui lahir di Campa pada 1401. Ayahnya, Ibrahim Asmarakandi, berasal dari Samarkan, Rusia, yang kemudian menjadi Raja Campa. Namun hingga saat ini tak satu pun sejarawan yang mengetahui di mana persisnya letak Negeri Campa tersebut.
Konon, Sang Sunan masuk Pulau Jawa kisaran pada 1443 bersama adiknya, Sayid Ali Murtadho. Keperluannya datang ke tanah Jawa ketika itu adalah menemui bibinya, seorang Putri Campa, Dwarawati, yang dipersunting Raja Majapahit bergelar Prabu Sri Kertawijaya.