Buku mengungkap realitas perjuangan orang hidup dengan AIDS (Foto: dewey.petra.ac.id)
Ginan, sapaan akrabnya, adalah salah seorang pendiri komunitas Rumah Cemara. Komunitas ini bergerak di bidang pendampingan bagi pecandu narkoba dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha). Ginan sendiri dinyatakan positif HIV/AIDS sejak 2000 akibat penggunaan jarum suntik tidak steril.
Ginan melakukan jalan kaki Bandung-Jakarta berjarak 135 kilometer sebagai rasa syukur karena tim street soccer (sejenis futsal) Rumah Cemara, bisa berangkat ke Prancis mengikuti kejuaraan sepakbola dunia antar-tunawisma atau Homeless World Cup (HWC) 2011.
Rumah Cemara menjadi satu-satunya tim Indonesia yang berangkat ke kompetisi dunia tersebut. Ginan yang merupakan kapten tim bersama delapan anggota, pelatih, dan manajer berangkat 18 Agustus lalu. Ajang tersebut dimulai 21 hingga 30 Agustus di sebuah lapangan yang berada di bawah menara Effel Paris, Prancis.
“Ini nazar pribadi saya sebagai rasa sukur sekaligus untuk menarik atensi orang, terutama pemerintah,” kata Ginan sebelum berangkat jalan kaki menuju Jakarta beberapa waktu lalu.
Aksi jalan kaki Ginan juga menunjukkan kepada masyarakat bahwa Odha tidak lemah dan pesakitan. Ginan berharap aksi jalan kakinya hingga keikutsertaan mereka ke dalam Homeless World Cup (HWC) 2011 bisa membuka mata masyarakat dan dunia bahwa Odha bisa beraktivitas seperti orang biasa.
Ginan memulai jalan kaki selama empat hari yang dimulai pada Sabtu 6 Agustus lalu. Dia melakukannya sendirian, bertolak dari kantor Rumah Cemara di Jalan Gegerkalong Girang 52 Bandung, Jawa Barat.
Untuk memantau kondisi kesehatan selama jalan kaki, sebanyak enam orang tim Rumah Cemara mengikutinya dengan sepeda motor dan mobil. Jalur yang ditempuhnya meliputi Ciwaruga Bandung, Kabupaten Bandung Barat, hingga perbatasan Kabupaten Bandung. Setelah keluar batas kota Bandung, Ginan bersitirahat di check point yang disediakan tim Rumah Cemara, yakni Ciranjang.
Check point yang disediakan Rumah Cemara untuk peristirahatan Ginan meliputi Padalarang, Cianjur, Cipanas, Cisarua, Bogor, Depok. Pada hari keempat Ginan sampai di Pasar Minggu, Jakarta.
Tiap sampai di check point, Ginan istirahat tiap pukul 21.00 WIB dan memulai kembali jalan kaki esok harinya mulai pukul 09.00 WIB.
Humas Rumah Cemara Bonang (26) mengatakan, ide Ginan memang agak nyeleneh. Sebuah nazar yang tidak sederhana jika dilakukan seorang diri. Apa lagi dilakukan oleh seorang Odha, tetapi dengan aksi jalan kaki diharapkan ada perhatian baik dari masyarakat maupun dari pemerintah terhadap odha.
"Masyarakat jadi bisa lihat bahwa seorang Odha bisa menempuh jarak jauh dengan hanya jalan kaki," terang Bonang, kepada okezone.
Bonang menuturkan, nazar Ginan dilatarbelakangi dengan ditunjuknya Rumah Cemara sebagai National Organizer sejak 2009. Tugasnya untuk memilih perwakilan Indonesia yang ingin bertanding di ajang HWC.
Awalnya Rumah cemara akan mengikuti HWC 2010 di Brasil, namun keikutsertaan Rumah Cemara dalam Homeless World Cup urung dilaksanakan karena terkendala modal. Padahal Rumah Cemara menjadi satu-satunya komunitas di Indonesia yang diundang Homeless World Cup.
Untuk mengongkosi tim ke Prancis, waktu itu Rumah Cemara perlu dana Rp240 juta. Tim yang rencananya berangkat sebanyak 10 orang, terdiri dari delapan pemain dan dua official. “Dulu kita bertekad, dengan atau tanpa bantuan pemerintah, tim sepakbola Rumah Cemara akan berusaha menggalang dana,” tutur Bonang.
Nah, tahun ini rombongan Rumah Cemara bisa mengumpulkan ongkos untuk mengikuti ajang tersebut. Uang didapat dari penggalangan dana selama setahun melalui penjualan mercendaise, pengumpulan koin, hingga roadshow di beberapa universitas di Kota Bandung. Selain itu, Rumah Cemara juga berhasil mendapat sponsor dari swasta dan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Homeless World Cup merupakan sepakbola empat lawan empat yang diselenggarakan khusus bagi tim sepak bola yang berasal dari organisasi atau komunitas yang peduli terhadap masalah-masalah sosial.
Event tahunan ini sudah digelar sejak 2003. Tahun ini Homeless World Cup diikuti berbagai organisasi dari 70 negara, yakni dari berbagai LSM dunia yang peduli pada masalah tunawisma, kaum miskin kota, pengangguran, kemiskinan, orang cacat, mantan narapidana, narkotik.
“Satu-satunya komunitas Odha hanya dari kita sebagai wakil Indonesia,” pungkasnya.
Sumber: http://news.okezone.com/read/extend/2011/08/24/345/495704/perjuangan-odha-menembus-ajang-internasional