Untuk pertama kalinya, para peneliti dari Dana-Farber Cancer Institute di Boston dan Simon Fraser University di Kanada mengungkap adanya hubungan antara kanker usus dengan infeksi bakteri. Pada penderita kanker usus, jumlah bakteri Fusobacterium di usus cenderung meningkat.
Belum dipastikan apakah peningkatan bakteri itu merupakan pemicu langsung terjadinya kanker usus, atau sebaliknya kanker usus menyebabkan populasi Fusobacterium meningkat. Namun demikian, pada intinya kedua kemungkinan itu sama-sama sangat berharga dalam penanganan kanker usus.
Jika benar Fusobacterium merupakan penyebab langsung kanker usus, maka kelak kanker usus tidak harus diradioterapi ataupun dikemoterapi melainkan cukup diobati dengan antibiotik. Vaksin pencegah kanker usus juga bisa dibuat jika memang pemicunya adalah mikroorganisme.
Kalaupun ternyata justru kanker yang menyebabkan populasi Fusobacterium meningkat, maka hal ini tetap sangat berarti. Artinya para dokter bisa memakainya sebagai sarana untuk melakukan deteksi dini, agar bisa melakukan antisipasi lebih awal ketika jumlah bakteri ini mulai meningkat.
Selain pada pasien kanker, keberadaan bakteri Fusobacterium di saluran pencernaan dapat memicu sejenis radang usus yang disebut ulcerative colitis. Kondisi peradangan tersebut diketahui memang meningkatkan risiko kanker usus, meski selama ini belum diketahui hubungannya secara pasti.
Kanker usus merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan. Dikutip dari Healthday, Kamis (20/10/2011), kanker usus menewaskan 49.000 orang/tahun di Amerika Serikat dan menjadi penyebab kematian terbesar ke-2 di antara jenis kanker yang lain.