Bisnis merompak, omzetnya sungguh menggiurkan ! Menurut menlu Kenya, Moses Wetangula, komplotan bajak laut alias perompak asal Somalia bisa meraup uang sebesar $ 150 juta dollar AS, tahun 2007 lalu, dari hasil uang tebusan atas kapal-kapal laut yang dibajak dan disanderanya.
Pemerintahan Somalia tidak berfungsi secara efektif sejak tejadi perang saudara pada tahun 1991. Setelah 6 bulan kelompok-kelompok perlawanan Islam pada tahun 2006 menguasai hampir seluruh wilayah selatan Somalia, banyak dilaporkan terjadi peristiwa perompakan.
Hampir seluruh kejadian perompakan berlangsung di sekitar Teluk Aden dan di lepas pantai Somalia. Teluk Aden berhubungan dengan Lautan Hindia dan mempunyai link dengan Terusan Suez dan Laut Tengah (laut Mediterania), dimana setiap tahunnya dilewati sekitar 20.000 kapal laut.
Pada tahun 2008 ini saja, sejak bulan Januari sudah 88 kapal diserang di kawasan tersebut dan sejauh ini 33 kapal dikuasai perompak. Para perompak menggunakan kapal kecil cepat (speed boat) dan melengkapi dirinya dengan senjata Kalashnicov beserta pelontar granat ketika sedang beraksi.
Aksi para perompak pada tanggal 14 November 2008 yang lalu sungguh spektakuler, sebuah kapal tanker raksasa (berbobot mati 318.000 ton) berukuran 3 kali lebih besar dari kapal induk, milik perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, bernama Sirius Star, yang membawa penuh muatan minyak mentah sebanyak 2 juta barrel seharga $ 100 juta AS, berhasil dikuasai oleh para pembajak Somalia (Minggu, 16 November 2008).
Yang mengejutkan aksi ini dilakukan jauh dari Teluk Aden, lokasi perompakan yang biasanya mereka lakukan. Sirius Star dalam perjalanan ke AS melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan, tidak melalui Teluk Aden, tetapi melewati Terusan Suez. Kapal tanker ini kemudian oleh para perompak digiring ke Eyl di utara Somalia. Eyl merupakan tempat berlindung bagi para perompak itu.
Perompak meminta uang tebusan 25 juta dollar AS. Mereka siap diserang dan tidak mau melepas kapal milik Arab Saudi yang disandera itu, berawak kapal 25 orang (19 Filipina, 2 Inggris, 2 Polandia dan 2 Arab Saudi). Para pembajak memberi batas waktu 10 hari, jika tidak dipenuhi mereka akan menghancurkannya, tanpa memperinci lebih lanjut.
Intervensi militer akan sulit dilakukan oleh berbagai pihak (terutama oleh Arab Saudi dan AS), karena ini menyangkut nasib sandera dan juga sulit dibayangkan bagaimana akibatnya jika kapal tanker tersebut diledakkan oleh para perompak. Yang pasti bencana besar akan terjadi akibat terbakarnya 2 juta barel minyak yang berada di dalam perut “sang” kapal tanker Sirius !
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi secara tegas tak mau berunding dengan perompak. “Pembayaran uang tebusan hanya akan menyuburkan perompakan,” kata Menlu Arab Saudi, Pangeran Saudi al-Faisal.
Maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan sekitar Teluk Aden, serta keberhasilan para perompak mendapatkan uang tebusan dari aksinya, bisa mendorong maraknya lagi aksi-aksi perompakan di perairan Asia, khususnya di sekitar Selat Malaka.
“Saya yakin banyak penjahat dan jaringan kejahatan di Asia menyaksikan peristiwa-peristiwa di Somalia dengan perhatian yang besar,” ungkap Noel Choong, Ketua Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Selat Malaka yang memisahkan Semenanjung Malaysia dengan Pulau Sumatera merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia, yang di layari lebih dari 70.000 kapal tahun 2007, termasuk kapal-kapal yang memasok sekitar 80 persen kebutuhan energi bagi Jepang dan China.
Perompakan di Selat Malaka pada tahun 2005 menjadi sangat serius sehingga pernah dimasukkan sebagai zona (wilayah) risiko perang. Namun upaya terkoordinasi yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk mengatasi perompakan, telah membantu menurunkan jumlah serangan di selat itu sepanjang tahun 2008 ini.
Kapal tanker raksasa milik Arab Saudi, Sirius Star, berbobot mati 318.000 ton (3 kali lebih besar dari kapal induk), yang dibajak oleh perompak Somalia.
Para perompak Somalia menggunakan kapal cepat (boat), bersenjatakan Kalashnicov dan pelempar granat dalam aksinya merompak kapal.
Pemerintahan Somalia tidak berfungsi secara efektif sejak tejadi perang saudara pada tahun 1991. Setelah 6 bulan kelompok-kelompok perlawanan Islam pada tahun 2006 menguasai hampir seluruh wilayah selatan Somalia, banyak dilaporkan terjadi peristiwa perompakan.
Hampir seluruh kejadian perompakan berlangsung di sekitar Teluk Aden dan di lepas pantai Somalia. Teluk Aden berhubungan dengan Lautan Hindia dan mempunyai link dengan Terusan Suez dan Laut Tengah (laut Mediterania), dimana setiap tahunnya dilewati sekitar 20.000 kapal laut.
Pada tahun 2008 ini saja, sejak bulan Januari sudah 88 kapal diserang di kawasan tersebut dan sejauh ini 33 kapal dikuasai perompak. Para perompak menggunakan kapal kecil cepat (speed boat) dan melengkapi dirinya dengan senjata Kalashnicov beserta pelontar granat ketika sedang beraksi.
Aksi para perompak pada tanggal 14 November 2008 yang lalu sungguh spektakuler, sebuah kapal tanker raksasa (berbobot mati 318.000 ton) berukuran 3 kali lebih besar dari kapal induk, milik perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, bernama Sirius Star, yang membawa penuh muatan minyak mentah sebanyak 2 juta barrel seharga $ 100 juta AS, berhasil dikuasai oleh para pembajak Somalia (Minggu, 16 November 2008).
Yang mengejutkan aksi ini dilakukan jauh dari Teluk Aden, lokasi perompakan yang biasanya mereka lakukan. Sirius Star dalam perjalanan ke AS melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan, tidak melalui Teluk Aden, tetapi melewati Terusan Suez. Kapal tanker ini kemudian oleh para perompak digiring ke Eyl di utara Somalia. Eyl merupakan tempat berlindung bagi para perompak itu.
Perompak meminta uang tebusan 25 juta dollar AS. Mereka siap diserang dan tidak mau melepas kapal milik Arab Saudi yang disandera itu, berawak kapal 25 orang (19 Filipina, 2 Inggris, 2 Polandia dan 2 Arab Saudi). Para pembajak memberi batas waktu 10 hari, jika tidak dipenuhi mereka akan menghancurkannya, tanpa memperinci lebih lanjut.
Intervensi militer akan sulit dilakukan oleh berbagai pihak (terutama oleh Arab Saudi dan AS), karena ini menyangkut nasib sandera dan juga sulit dibayangkan bagaimana akibatnya jika kapal tanker tersebut diledakkan oleh para perompak. Yang pasti bencana besar akan terjadi akibat terbakarnya 2 juta barel minyak yang berada di dalam perut “sang” kapal tanker Sirius !
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi secara tegas tak mau berunding dengan perompak. “Pembayaran uang tebusan hanya akan menyuburkan perompakan,” kata Menlu Arab Saudi, Pangeran Saudi al-Faisal.
Maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan sekitar Teluk Aden, serta keberhasilan para perompak mendapatkan uang tebusan dari aksinya, bisa mendorong maraknya lagi aksi-aksi perompakan di perairan Asia, khususnya di sekitar Selat Malaka.
“Saya yakin banyak penjahat dan jaringan kejahatan di Asia menyaksikan peristiwa-peristiwa di Somalia dengan perhatian yang besar,” ungkap Noel Choong, Ketua Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Selat Malaka yang memisahkan Semenanjung Malaysia dengan Pulau Sumatera merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia, yang di layari lebih dari 70.000 kapal tahun 2007, termasuk kapal-kapal yang memasok sekitar 80 persen kebutuhan energi bagi Jepang dan China.
Perompakan di Selat Malaka pada tahun 2005 menjadi sangat serius sehingga pernah dimasukkan sebagai zona (wilayah) risiko perang. Namun upaya terkoordinasi yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk mengatasi perompakan, telah membantu menurunkan jumlah serangan di selat itu sepanjang tahun 2008 ini.
Kapal tanker raksasa milik Arab Saudi, Sirius Star, berbobot mati 318.000 ton (3 kali lebih besar dari kapal induk), yang dibajak oleh perompak Somalia.
Para perompak sedang membajak kapal kargo milik Ukrania, Fina, berawak 21 orang, bermuatan sekitar 30 buah tank Rusia tipe T.72 beserta amunisinya, menuju Kenya, 25 September 2008 yang lalu.
Kawasan Eyl, utara Somalia, tempat persembunyian para perompak Somalia.