Pendeta bergaris wajah keras, dengan rambut dan kumis putih, ini menggemari film Braveheart karya Mel Gibson. Mengambil inspirasi film perang Skotlandia-Inggris yang berlatar agama itu, dia meluncurkan seri video dalam jaringan dengan semangat anti-Islam. Dampaknya, ceramah-ceramah SARA-nya menjangkau audiens luas, melewati 50 keluarga jemaat gerejanya.
Pendeta Jones juga mengarang buku "Islam sama dengan Iblis". Frase yang sama dipampang di lingkungan gerejanya. Kampanye negatif ini dia luncurkan sejak 2002, setahun setelah serangan 11 September.
Pendeta yang selalu menenteng pistol ini juga memanfaatkan dua anaknya untuk kampanye. Pada Agustus 2009, anaknya yang berumur 10 dan 15 tahun dipulangkan oleh sekolah karena mengenakan kaus bertulis "Islam adalah Iblis."
Di luar kampanye SARA ini, Gereja Dove yang dipimpinnya juga jadi sorotan karena kasus penggelapan pajak. Menurut koran lokal Gainesville Sun, kantor pajak setempat mengatakan, beberapa bagian dari gereja seluas 20 hektare itu digunakan untuk kegiatan komersil. Properti seluas 157 meter persegi itu ditaksir bernilai Rp 14 miliar tapi hanya dilaporkan Rp 1,2 miliar.
Isu miring lain menyebutkan, sang pendeta terlibat pornografi anak, walaupun tidak pernah terbukti. Berbagai kabar negatif itu tidak menyurutkan massa untuk mengamini khutbah Jones. Lamannya tentang Hari Pembakaran Al-Quran di Facebook disukai lebih dari 8000 orang.
Pendeta Jones melansir kampanye gila ini untuk mengenang Tragedi 11 September 2001. "Islam mendukung kekerasan," ujarnya. Dia menyediakan 200 Al-Quran untuk dibakar di halaman gerejanya dan meminta pendukungnya untuk melakukan hal serupa di tempat masing-masing.
Berbagai tekanan, mulai dari lapisan masyarakat, Menteri Luar Negeri AS, sampai Panglima AS di Afganistan tidak menyurutkan niatnya. "Saya cuma membakar buku, bukan membunuh," kata Jones, enteng. Ancaman pembunuhan, yang menyebabkan dia dikawal polisi beberapa hari belakangan, juga tidak dihiraukannya.