Jangan Katakan Ini pada Orang yang Ingin Stop Merokok



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDHqr9FsRsudcYgnHV_zOwSYgYMypOGYRXG9vnQNUh3jAicRfMPfGoBSTRgYZxq6MzMZg1erehUGpKMJDPQStr5CEgBZLvPEeM72nkVy2uxodJCNaTcPVlpmNSd5HJf5ROcmE-wUNclNE/s1600/Stop-smoking+%25282%2529.jpg



Berhenti merokok merupakan hal yang cukup sulit dilakukan, terlebih bagi mereka yang sudah kecanduan. Jadi, bila ada sanak keluarga atau pasangan Anda yang ingin mencoba berhenti merokok, dukungan penuh sangat diperlukan dari orang-orang terdekatnya.

Namun, jangan sampai dukungan Anda itu justru menjadi pematah semangatnya untuk berhenti merokok. Mungkin Anda bermaksud baik dengan memberitahu bahaya kesehatan yang akan dia alami jika tidak berhenti merokok. Tapi cara itu justru bisa membuatnya enggan menghentikan kebiasaan buruknya itu. Dilansir Care2, berikut ini lima kalimat yang sebaiknya jangan pernah Anda katakan kepada orang yang mencoba berhenti merokok.

1. "Kamu nanti bisa kena kanker paru-paru!"
Memang benar, merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, emfisema, dan penyakit kronis lainnya. Namun mengingatkan hal tersebut kepada orang yang mencoba berhenti merokok, akan membuat mereka muak. Mereka mungkin telah mengetahui semua risiko tersebut jauh sebelum Anda mengingatkan. Sehingga ketika Anda memperingatkan mereka tentang risiko terkena kanker, mereka cenderung akan mengalihkan topik pembicaraan atau justru menghindari obrolan dengan Anda.


http://buychampix.com/wp-content/plugins/plugin/images/smokingquit.jpg


2. "Kalau kamu sayang aku, kamu harus berhenti merokok"
Para ahli menyatakan, apabila perokok percaya mereka bisa berhenti, pasti mereka akan melakukannya tanpa perlu alasan lain. Jika Anda berkata seperti itu kepada pasangan, hal tersebut hanya akan membuat dia merasa bersalah dan marah kepada Anda, karena kalimat itu justru membuat dia merasa payah dan tak berdaya.

3. "Merokok itu menjijikkan, kenapa kamu kenapa tidak berhenti saja?"
Membuat perokok merasa lebih buruk merupakan hal yang kontraproduktif. Seperti yang ditulis sebelumnya, perokok sebenarnya sudah tahu bahwa tnidakan mereka salah. Namun, sebaiknya Anda tidak membuat mereka lebih merasa bersalah lagi dengan mengatakan hal-hal yang negatif. Hal tersebut justru akan membuat jarak semakin jauh antara Anda dan orang yang berusaha berhenti merokok. Gantilah kata-kata negatif itu dengan yang lebih positif seperti, "Apa yang bisa aku bantu agar pola hidup kamu lebih sehat?" Kalimat seperti itu terdengar suportif dan dia pun lebih merasa didukung.


http://3.bp.blogspot.com/-KYeoVryBrKI/TrYLLaOl7gI/AAAAAAAACiA/F5qoNA0j8MI/s1600/Berhenti-Merokok.jpg


4. "Lihat napas kamu, mulai sesak kan?!"
Daripada melontarkan kalimat yang bersifat memojokkan, lebih baik dukung dia dengan tindakan. Susan Gayle, ahli dalam masalah kecanduan dari New York, menyarankan agar Anda mengajak pasangan untuk melakukan aktivitas yang bisa menyehatkan paru-paru seperti jogging, berdansa, atau olahraga lainnya. Dari situ, pasangan Anda akan sadar bahwa napasnya sangat pendek dan terasa sesak. Dengan begitu, dia akan mencoba berhenti dengan sendirinya tanpa perlu mengintimidasi dia dengan kata-kata yang menakutkan.

5. "Kamu mau anak-anak melihat kamu merokok?"
Walaupun dari luar para perokok terlihat menikmati hobinya menghisap nikotin, sebenarnya mereka malu terhadap dirinya sendiri karena kecanduan dan sulit berhenti. Akan sangat percuma apabila Anda mempermalukan mereka dengan kata-kata di atas, karena pada dasarnya mereka telah merasa seperti itu. Jauh lebih efektif bila Anda mengambil pendekatan yang berlawanan, yaitu membuat mereka membayangkan betapa bangganya mereka ketika berhasil berhenti merokok dengan berkata, "Kamu akan menjadi contoh yang baik untuk anakmu kelak, saat dia tahu pengorbanan kamu untuk berhenti merokok."

(hst/hst)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRKz4VwOQpyVgpojH61TENnaxR-P3Vz8i-WGmDSmUIGNmB0YOT4xjD_FcA06wsIyC9xhjMJcRobOr9BYNVtRLt4WrbrqwmKZ3a-DeA8xCCrn2p5ke27VWBfs-Ln07fP9FcYFPWYWmLLfK_/s1600/+1qdaw5vo1_400.jpg




sumber :detik health

Arsip Blog