MESIR DAN KAIRO JADI KATA SENSITIF DI RRT

Gelombang demonstrasi di berbagai tempat di Mesir, pemerintah mengerahkan militer, namun hingga kini para demonstran menganggap tentara sebagai pahlawan.  (AFP PHOTO)
Gelombang demonstrasi di berbagai tempat di Mesir, pemerintah mengerahkan militer, namun hingga kini para demonstran menganggap tentara sebagai pahlawan. (AFP PHOTO)

Pada 28 Januari, sekitar 80.000 demonstran Mesir turun protes ke jalanan dan menuntut pengunduran diri presiden Mesir Hosni Mubarak. Mubarak yang jarang tampil di depan umum, pada 29 Januari memerintahkan Omar Suleiman menteri BIN Mesir menduduki jabatan wakil presiden, ini merupakan tampilnya jabatan wakil presiden untuk kali pertama sejak 30 tahun ini.

Microblogging di daratan Tiongkok (29/1) menetapkan “Mesir” dan ”Kairo” sebagai kata-kata sensitif dan melarang para netter melakukan pencarian, kecuali Sina, Tencent, Netease, Sohu dan situs microblogging besar lainnya turut melarang pencarian “Mesir”.

Netter masih boleh mempublikasikan foto-foto protes video dan berita Mesir terkini, banyak orang ketika menyaksikan pemandangan sejumlah tank dan panser memasuki kota lantas terkenang peristiwa 4 Juni 1989, dan komentar berkaitan tidak disensor. Sedangkan situs mesin pencari terbesar di RRT, Baidu, masih mengizinkan pencarian berita terkait.

Menurut berita VOA (Voice of America), microblogging Sina yang memiliki pengguna cukup banyak, beberapa hari ini tak dapat mencari dua kata “Mesir” dan ”Kairo”. Begitu mulai mencari akan menemukan catatan, “Menurut regulasi hukum dan kebijakan terkait, hasil pencarian belum bisa ditunjukkan.”

28 Januari malam, situs Zhi Qu Xin Wen (Berita Rakyat Tiongkok) melalui Twitter melansir informasi di mana disebutkan, Kantor Informasi Dewan Negara bersama dengan Biro Departemen Keamanan Umum XI menginstruksikan kepada gabungan media RRT, pemberitaan diharuskan memperoleh izin terlebih dahulu dari Kantor Berita Xinhua, situs yang tidak dikelola dengan benar akan ditutup secara paksa.

CCTV milik PKT (29/1) siang, masih melansir berita pendek demonstrasi anti pemerintah Mesir, namun media lainnya di pedalaman secara mencolok memperkecil ruang pemberitaan, atau menempatkan foto aktual di posisi tidak mencolok. Sebagai contoh situs Sina, Sina microblogging memiliki sekitar 50 juta pengguna. Berita terkait Mesir di microblogging Sina hanya singkat beberapa baris kalimat saja, tapi foto terkait ditata pada halaman berita utama. Akan tetapi sebagian multi media RRT masih memberitakan kerusuhan di Mesir dengan mencolok, misalnya media Jin Bao di Shenzhen dan Chang Jiang Ri Bao di Wuhan, malah menjadikannya sebagai berita utama.

Para analis percaya, pihak berwajib mulai memelototi berita yang beredar di internet karena situasi Mesir kemungkinan lepas kendali dan demi menghindari emosi para netter di dalam negeri.

Kementerian Luar Negeri PKT, Sabtu (29/1), menolak permintaan wartawan untuk menyatakan sikap tentang peristiwa Mesir. Namun PM PKT, Wen Jiabao, sewaktu berkunjung ke Mesir pada 2009, menyebut Mubarok sebagai, “Sahabat lama yang akrab dengan rakyat RRT.”

Perbandingan dengan peristiwa Tiananmen 1989

Puluhan kendaraan lapis baja dan tank pasukan Mesir, subuh (29/1), memasuki Lapangan Pembebasan yang diduduki para demonstran. Pasukan tentara menyatakan tidak menembak, sebagian demonstran juga telah menyatakan niat damai dan demonstrasi tetap dilangsungkan dengan damai. Sementara itu sebagian demonstran berbondong-bondong menaiki kendaraan lapis baja; seorang pendemo bahkan membopong seorang tentara di atas pundaknya.

Pada 4 Juni 1989 di atas lapangan Tiananmen - Beijing, sejumlah besar kaum elit berbagai universitas di Tiongkok berkumpul di lapangan itu menuntut anti KKN, kebebasan dan demokrasi. Mereka bergerak dengan disiplin dan rasional, telah mengetuk nurani masyarakat dalam dan luar negeri, dukungan demo serupa di berbagai tempat mendukung aksi kelompok pelajar itu, diantaranya terutama komunitas Tionghoa dari Hong Kong dan Taiwan mendukung seluruh rakyat, sangat memperoleh perhatian dari berbagai negara.

Para pelajar menuntut diakhirinya kekuasaan totaliter dan mengusulkan reformasi ekonomi serta demokratisasi politik. Seruan mereka menyebar di seantero negeri, setelah itu PKT mengirim pasukan memberondong para pelajar yang berada di lapangan dan menggunakan tank untuk melindas para pelajar.

Konon angka kematian dan luka-luka sebanyak puluhan ribu orang, hingga saat ini peristiwa tersebut masih merupakan “rahasia negara” PKT, pihak berwajib dengan segera menangkapi para peserta aksi. PM Zhao Ziyang jatuh. Maka peringatan 4 Juni juga disebut sebagai “Pembantaian Besar Tiananmen”.

Sumber: http://www.epochtimes.co.id/china.php?id=789

Arsip Blog