Kabar muram yang datang bertubi-tubi semakin memperjelas betapa harapan jutaan penduduk Jepang, dan mungkin juga dunia internasional, kini bergantung kepada ke-50 teknisi yang masih bertahan di PLTN Fukushima. Dengan dibekali baju pelindung berwarna putih mereka hingga hari Rabu masih berusaha mencegah terjadi bencana nuklir yang kian mengancam.
Ke-lima puluh pria itu ditugaskan mendinginkan batang-batang nuklir dengan air sehingga tidak terjadi kebocoran. Kian hari semakin jelas bahwa peluang mereka semakin tipis. Tidak pula jelas sebesar apa risiko kesehatan yang harus mereka tanggung.
"Mereka yang bekerja di PLTN, tidak melarikan diri, melainkan terus berjuang," tulis Michiko Otsuki di jejaring onilne Mixi. Ia sendiri bekerja di PLTN Fukushima II dan dievakuasi akibat tingginya tingkat paparan radioaktif. "Tolong jangan lupakan bahwa di sana masih ada orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi jutaan yang lain."
Mempertaruhkan Nyawa Demi Keamanan Jutaan Penduduk
Hingga jumat pekan lalu, perusahaan pengelola TEPCO masih mempekerjakan 800 pegawai di PLTN Fukushima I. Kecuali 50 teknisi yang masih bertahan, TEPCO telah mengevakuasi semua pegawai lantaran bahaya radiasi setelah serangkaian ledakan dan kebakaran di kompleks PLTN.
Sekitar 200.000 penduduk yang tinggal dalam jarak 20 Kilometer juga telah diungsikan. Hari Rabu ke-50 teknisi itu malah sempat diperintahkan untuk meninggalkan kompleks pembangkit kistrik untuk sementara.
Presiden Komunitas Jerman untuk perlindungan terhadap bahaya radiasi, Sebastian Pflugbeil merasakan simpati terhadap "ke-50 pahlawan" Fukushima. "Baju pelindung tidak imun terhadap paparan radioaktif," katanya kepada stasiun televisi n-tv.
Ia meyakini, ke-50 pria tersebut sekarang saja sudah menderita gangguan kesehatan. "PLTN Fukushima sudah menjadi puing, entah itu ada orang di sana yang mencoba mencegah kemungkinan terburuk atau tidak." Pflugbeil menuntut TEPCO agar segera mengevakuasi ke-50 teknisi tesebut.´
Sambungan Listrik Hampir Rampung
Setidaknya mereka mendapat dukungan penuh pemerintah. Ke-50 pegawai di Fukushima bekerja, " tanpa mengindahkan bahaya," kata Perdana Menteri Naoto Kan. Di berbagai forum internet, termasuk juga Facebook, mereka telah dianggap sebagai pahlawan.
Namun tidak semua reaksi yang berdatangan bernada positif. Harian "Yomiuri Shmbun melaporkan, Kementrian Pertahanan Jerpang mengecam TEPCO dan Badan Atom Jepang, ketika sejumlah serdadu terluka di Fukushima dan kemungkinan terpapar partikel radioaktif. "Mereka bilang semuanya aman dan kami mempercayainya," kata seorang jurubicara Kementrian Pertahanan. "Kami juga mengerti bahaya radiasi, tapi kami bukan pakar soal stuktur sebuah reaktor nuklir."
Sementara itu, para teknisi di Fukushima semakin berpacu dengan waktu. Upaya memadamkan api dan mendinginkan reaktor dengan menggunakan helikopter terpaksa dibatalkan akibat bahaya paparan radioaktif. Menurut laporan terakhir sambungan listrik menuju PLTN Fukushima hampir rampung. Listrik tersebut dibutuhkan untuk kembali menyalakan sistem pendingin reaktor.
Para teknisi bertindak karena "sadar akan kewajibannya", kata Baku Nishio dari Pusat Informasi Nuklir yang menolak energi atom. "Adalah masalah besar, bahwa sebuah negara harus mempertaruhkan nasibnya di tangan sekelompok kecil pegawai yang harus bertahan," tuturnya.