Tragedi Tugu Tani, Jakarta pusat, Minggu (22/1) yang menyebabkan sembilan nyawa melayang menjadi kisah yang sangat memilukan pada liburan panjang pekan lalu.
Bagaimana tidak, awalnya orang-orang yang berniat untuk melihat keindahan tugu Monas justru menjadi korban 'pembantaian' Afriani Susanti.
Ironisnya, terlihat dari rekaman video amatir yang meredar, si pelaku justru terlihat tenang keluar dari mobil seperti tidak terjadi apa-apa dan tanpa beban.
Menurut penyelidikan, pihak yang berwajib menemukan bahwa si pelaku positif menggunakan sabu, ekstasi dan ganja di malam sebelum tabrakan maut terjadi.
Kondisi mengantuk setelah pulang pesta dan pengaruh minuman keras serta ekstasi kemungkinan menjadi pemicu kecelakaan yang mengenaskan itu terjadi.
Terdengar mengerikan memang. Namun, itulah fakta yang terjadi. Karena pengaruh 'bawah sadar' narkoba dan minuman keras, nyawa manusia bisa melayang seketika.
Nah, seperti apa efek penggunaan campuran narkoba bisa mempengaruhi kesadaran seseorang?
Setelah pesta narkoba dan miras dari diskotek satu ke diskotek yang lainnya, di Tugu Tani Afriani kehilangan kesadaran. Berbagai jenis minuman dan obat terlarang yang memasuki tubuhnya membuat Afriani tak mampu mengendalikan mobilnya dan menabrak 12 orang dengan 9 orang tewas.
Dokter Ahli Kesehatan Jiwa Danardi Sosrosumihardjo dari Klinik Iqoni Rumah Sakit Premier Jatinegara mengatakan Alkohol maupun ekstasi bisa menurunkan kewaspadaan dan mengganggu pengaturan jarak pandang. Efek dua zat adiktif itu terasa sampai 24 jam setelah dikonsumsi.
Menurut Danardi, pengaruh itu mungkin yang memicu terjadinya kecelakaan maut tersebut. Pemakaian alkohol bersama ekstasi menimbulkan efek saling menguatkan. Kalaupun yang mengonsumsi tidak ambruk atau tertidur, kesadaran mereka terganggu.
”Pengguna ekstasi maupun alkohol terganggu kesadarannya serta kemampuan mengukur jarak,” ungkapnya.
Ekstasi dan beragam efek yang ditimbulkan
MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine) atau yang umumnya dikenal sebagai ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang mirip dengan amfetamin dan halusinogen. Ekstasi biasanya berbentuk tablet berwarna dengan disain yang berbeda-beda. Ekstasi bisa juga berbentuk bubuk atau kapsul.
Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak ada kontrol yang mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis narkoba ini. Bahkan tidak ada jaminan bahwa sebutir ekstasi sepenuhnya berisi ekstasi. Seringkali ekstasi dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya.
Efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia sampai ekstase (senang yang sangat berlebihan). Obat ini juga menimbulkan efek meningkatnya kepercayaan diri, harga diri, efek ini mungkin yang ditunjukan oleh sang penambrak maut Afriani Susanti.
Pemakai ekstasi bisa tampil penuh percaya diri tanpa ada perasaan malu sedikit pun dan menjadi orang yang berbeda kepribadian dari sebelumnya.
Salah satu yang mungkin menarik banyak orang untuk memakai zat ini adalah pemakaian zat ini tidak dibarengi dengan efek sedatif (efek tenang) atau menurunnya kesadaran akibat zat tersebut.
Tidak hanya itu, ekstasi juga memberikan pengaruh jangka panjang seperti kerusakan mental dan psikologis sangat tinggi.
Karena efek itu, pengguna zat- zat tersebut tidak boleh mengemudikan kendaraan, mengoperasikan peralatan yang memerlukan kesadaran penuh, ataupun melakukan aktivitas yang bisa membahayakan dirinya maupun orang lain.
Bagaimana tidak, awalnya orang-orang yang berniat untuk melihat keindahan tugu Monas justru menjadi korban 'pembantaian' Afriani Susanti.
Ironisnya, terlihat dari rekaman video amatir yang meredar, si pelaku justru terlihat tenang keluar dari mobil seperti tidak terjadi apa-apa dan tanpa beban.
Menurut penyelidikan, pihak yang berwajib menemukan bahwa si pelaku positif menggunakan sabu, ekstasi dan ganja di malam sebelum tabrakan maut terjadi.
Kondisi mengantuk setelah pulang pesta dan pengaruh minuman keras serta ekstasi kemungkinan menjadi pemicu kecelakaan yang mengenaskan itu terjadi.
Terdengar mengerikan memang. Namun, itulah fakta yang terjadi. Karena pengaruh 'bawah sadar' narkoba dan minuman keras, nyawa manusia bisa melayang seketika.
Nah, seperti apa efek penggunaan campuran narkoba bisa mempengaruhi kesadaran seseorang?
Setelah pesta narkoba dan miras dari diskotek satu ke diskotek yang lainnya, di Tugu Tani Afriani kehilangan kesadaran. Berbagai jenis minuman dan obat terlarang yang memasuki tubuhnya membuat Afriani tak mampu mengendalikan mobilnya dan menabrak 12 orang dengan 9 orang tewas.
Dokter Ahli Kesehatan Jiwa Danardi Sosrosumihardjo dari Klinik Iqoni Rumah Sakit Premier Jatinegara mengatakan Alkohol maupun ekstasi bisa menurunkan kewaspadaan dan mengganggu pengaturan jarak pandang. Efek dua zat adiktif itu terasa sampai 24 jam setelah dikonsumsi.
Menurut Danardi, pengaruh itu mungkin yang memicu terjadinya kecelakaan maut tersebut. Pemakaian alkohol bersama ekstasi menimbulkan efek saling menguatkan. Kalaupun yang mengonsumsi tidak ambruk atau tertidur, kesadaran mereka terganggu.
”Pengguna ekstasi maupun alkohol terganggu kesadarannya serta kemampuan mengukur jarak,” ungkapnya.
Ekstasi dan beragam efek yang ditimbulkan
MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine) atau yang umumnya dikenal sebagai ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang mirip dengan amfetamin dan halusinogen. Ekstasi biasanya berbentuk tablet berwarna dengan disain yang berbeda-beda. Ekstasi bisa juga berbentuk bubuk atau kapsul.
Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak ada kontrol yang mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis narkoba ini. Bahkan tidak ada jaminan bahwa sebutir ekstasi sepenuhnya berisi ekstasi. Seringkali ekstasi dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya.
Efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia sampai ekstase (senang yang sangat berlebihan). Obat ini juga menimbulkan efek meningkatnya kepercayaan diri, harga diri, efek ini mungkin yang ditunjukan oleh sang penambrak maut Afriani Susanti.
Pemakai ekstasi bisa tampil penuh percaya diri tanpa ada perasaan malu sedikit pun dan menjadi orang yang berbeda kepribadian dari sebelumnya.
Salah satu yang mungkin menarik banyak orang untuk memakai zat ini adalah pemakaian zat ini tidak dibarengi dengan efek sedatif (efek tenang) atau menurunnya kesadaran akibat zat tersebut.
Tidak hanya itu, ekstasi juga memberikan pengaruh jangka panjang seperti kerusakan mental dan psikologis sangat tinggi.
Karena efek itu, pengguna zat- zat tersebut tidak boleh mengemudikan kendaraan, mengoperasikan peralatan yang memerlukan kesadaran penuh, ataupun melakukan aktivitas yang bisa membahayakan dirinya maupun orang lain.