Pendidikan dan Televisi

TV, ya televisi, semua orang tahu itu. Saya punya televisi, dan saya sangat suka menonton televisi, apalagi acara-acara favorit saya. Televisi adalah media yang bertujuan untuk menghibur.

Tapi maaf, saya tidak menulis artikel tentang televisi itu sendiri lebih jauh, melainkan acara yang ada didalamnya. Seperti yang anda ketahui bahwa tidak semua acara televisi yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi itu baik dan mendidik. Apalagi untuk anak-anak yang rawan sekali untuk mudah terpengaruh dengan apa yang dia lihat.

Banyak acara-acara yang ditawarkan, seperti berita, olahraga, film, reality show, komedi situasi, kuis, flora dan fauna, musik show, dan (jujur nih.. yang paling saya benci) sinetron. KIta tinggal pilih dan saring lebih lagi, manakah yang menghasilkan sesuatu bagi anda, dalam hal ini adalah pendidikan.

Setiap kali saya pulang kerja, saya selalu mendapati televisi di rumah saya menyala. Dan tentulah ada yang menonton pada saat itu. Saya sering menjumpai bibi saya yang terpaku di depan televisi, kadang seirus, kadang asyik sendiri. Itu berulang-ulang. Pada awalnya saya tidak peduli dengan apa yang ia tonton, saya kira ya biasalah.

Tapi, lama kelamaan, sikapnya menjadi aneh, agak gimana gitu. Saya coba perhatikan pola hidupnya (survey ini ceritanya). Apa yang selalu ia tonton itu sepertinya mempengaruhi dia, dan saya rasa dia tidak mendapat sesuatu apapun dari apa yang ia tonoton. Coba tebak, apakah yang ia tonton? SINETRON!!!.

Ya ampun, sungguh terlalu. Saya sudah mendapatkan jawabannya, ya layaklah dia seperti itu. Sebab bagi saya (menurut penilaian saya secara pribadi), sinetron itu mayoritas tidak ada unsur pendidikannya sama sekali. Saya sering menjumpai unsur-unsur seperti : dendam, iri hati, kepahitan, amarah, perebutan kekuasaan atau harta warisan, hubungan terlarang, kata-kata kotor, pembunuhan, penculikan, KDRT, pornografi, dll. Belum lagi kualitas cerita, gambar, akting para aktor maupun artisnya. Bayangkan jika anak-anak melihat semua ini, apa jadinya anak-anak kita kelak? Bukan ilmu yang didapat tapi moral mnenjadi rusak.

Saya lebih senang acara-acara seperti flora dan fauna, kisah-kisah sukses seseorang dan tips-tipsnya, berita-berita (bukan gosip), dan acara-acara yang mendidik lainnya. Kita bisa mendapat ilmu sekaligus wawasan kita lebih luas.

Saya tidak menyudutkan sinetron, tapi seperti itulah yang saya lihat dan itu kenyataan. Seandainya ceritanya diubah dan digarap dengan baik dengan dukungan aktor maupun artis juga kualitas gambar yang memadai, maka saya akan akan menghasilkan perubahan yang signifikan. Ceritanya tidak hanya seperti itu-itu saja, monoton dan mudah ditebak, sepertinya kehabisan ide cerita bahkan diputar berulang-ulang.

Saya berharap negara ini maju dalam hal pendidikan, semua berperan penting dalam hal ini, terutama medianya, seperti radio, surat kabar, buku, majalah, dan televisi. Kalau yang ditawarkan didalamnya adalah hal-hal yang bermutu dan berkualitas, tidaklah mungkin setiap orang yang melihat, membaca dan mendengarnya akan berubah menjadi pribadi yang berkualitas, baik moralitas maupun secara intelegensinya.


Arsip Blog