Gambar Yesus merokok dan memegang bir tersebut terpampang dalam buku diktat SD, sehingga memicu ketegangan antar golongan di negara India.
“Kami merasa amat terkejut dan sakit hati terhadap penggambaran Yesus yang amat keterlaluan dalam buku pelajaran sekolah,” kata Uskup Besar Dominic Jala kepada Agence France Presse (AFP) pada hari Senin (22/02).
“Coba pikirkan dampak dari hal ini terhadap para pelajar yang masih belia? Kami mengecam pihak penerbit yang betul-betul tidak menghormati agama. Gambar Yesus tersebut ada di dalam buku teks anak-anak di sekolah-sekolah milik gereja di negara bagian Meghalaya, sebelah timur laut India, yang didominasi oleh umat Kristiani. Gambar tersebut dipergunakan sebagai ilustrasi huruf “I” untuk kata “Idol” (sesembahan).Gerakan Pemuda Katolik India dari Keuskupan Agung Shilong mengutuk beredarnya gambar Yesus tersebut.
“Publikasi gambar tercela semacam itu amat melukai sentimen keagamaan kami. Pihak penerbit buku jelas-jelas telah melanggar undang-undang India.” Pemerintah negara bagian Meghalaya turut mengecam beredarnya gambar kontroversial Yesus tersebut. “Kami mengecam keras tindak penistaan agama seperti itu,” kata M Ampareen Lyngdoh, menteri pendidikan Meghalaya. Dari total populasi India yang berjumlah 1,1 miliar orang, umat Kristiani hanya berjumlah kurang dari 3 persen. Namun pemeluk Kristen di Meghalaya mencapai 70 persen.
Gereja Katolik memutuskan hubungan dengan penerbit yang berbasis di New Delhi, Skyline Publications. “Kami telah mengabarkan kepada seluruh sekolah anggota kami di India untuk tidak lagi menggunakan jasa penerbit itu,” kata Babu Joseph, juru bicara Konferensi Keuskupan Katolik India (CBCI). “Yesus adalah figur sentral dalam iman Kristiani dan kehidupan umat Kristen. Upaya-upaya untuk merusak citranya betul-betul keterlaluan dan tidak sejalan dengan semangat toleransi antar umat beragama di India.”
Para pemuda Kristen turun ke jalanan untuk memprotes beredarnya gambar tersebut, hal itu berujung pada pembakaran dua buah gereja dan penyerangan terhadap para pastor. Untuk meredakan ketegangan, pemerintah menutup penerbit yang bersangkutan dan menangkap pemilik usaha penerbitan tersebut. “Telah diambil tindakan hukum terhadap perusahaan penerbitan tersebut, dan pemiliknya telah ditangkap.”
Menteri tersebut mengatakan, meski sekolah swasta tidak diharuskan menggunakan buku yang ditetapkan oleh Dewan Pendidikan Sekunder Meghalaya, pemerintahan Meghalaya telah mengambil langkah cepat dan menyita seluruh salinan buku teks tersebut dari berbagai sekolah dan toko buku. Kaum Kristiani India acapkali mengeluhkan perlakuan diskriminatif dari umat Hindu, yang merupakan agama mayoritas di India. Kaum garis keras Hindu menuding para misionaris Kristen telah menyuap rakyat miskin dan orang-orang dari kasta rendah Hindu agar bersedia masuk Kristen dengan imbalan pendidikan gratis dan layanan kesehatan. [taz/suaramedia/voai]
By novel attamimi