CALIFORNIA - Rambut, tangan, dan kaki buatan bukan hal yang luar biasa lagi. Kini, telah hadir mata buatan atau lebih tepatnya retina buatan.
Setelah melalui dua dekade masa riset dan pengembangan, sebuah perusahaan berhasil membuat sebuah alat mata bionik bagi orang-orang yang mengalami kebutaan akibat kerusakan degeneratif.
Alat ini bekerja seperti alat bantu pendengaran. Alat tersebut tidak menggantikan organ yang rusak, tetapi memberikan bantuan ekstra dalam bekerja.
"Penemuan ini menandai awal dari era di mana penglihatan bisa dipulihkan ke level yang lebih menakjubkan," ujar Robert Greenberg, President dan CEO Second Sight, perusahaan asal California yang mengembangkan alat ini.
Seperti diberitakan situs Technology Review, alat yang dinamakan Argus itu dijual seharga US$115 ribu alias sekitar Rp1 miliar.
Argus II bekerja dengan menggunakan kamera video kecil serta pengirim sinyal yang terdapat pada sepasang kacamata dan komputer nirkabel kecil. Komputer tersebut memproses setiap pemandangan yang ditangkap oleh kamera dan mengubahnya menjadi informasi visual dalam bentuk sinyal elektronik.
Kamera akan memancarkan sinyal citra kepada chip implan, Sinyal itu kemudian dikirim ke salah satu bagian dari Argus II yang ditanam di dalam mata.
Alat tersebut akan menstimulasi sebagian sel retina yang masih berfungsi dengan baik dan meneruskan data ke syaraf penglihatan.
Alat ini akan membantu orang-orang yang menderita retinitis pigmentosa, atau cacat penglihatan akibat kerusakan photoreseptor atau bagian mata yang menangkap cahaya.
Untuk saat ini Argus II yang menggunakan 60 elektroda pada implannya, sehingga hanya bisa mengembalikan penglihatan secara terbatas.
"Pasien bisa memetakan dan mengenali obyek yang sederhana, seperti melihat orang di depan mereka, dan mengikuti arah gerakan," ujar Greenberg.
Selain itu, diharapkan pasien juga bisa mengenali pintu, jendela, mengikuti garis, atau membaca tulisan yang besar, secara perlahan.
Bagaimanapun, menurut Direktur Institute for Ophtalmic Research Universitas Tubingen Jerman, Eberhart Zrenner, penglihatan bionik yang disediakan oleh Argus II merupakan pencapaian penting.
Namun, Zrenner, yang juga mendirikan perusahaan Retinal Implants AG, mengaku tengah mengembangkan alat yang serupa. Namun, menggunakan lebih dari 1500 elektroda dengan memanfaatkan fotodioda sensitif cahaya, ketimbang menggunakan kamera.
Keunggulan Argus II ini adalah implan bisa lebih lama ditanam di dalam tubuh. Alat ini telah diujikan kepada 30 pasien. "Kami telah melakukan hal yang sebelumnya dianggap mustahil," kata Greenberg.
sumber: suaramedia.com
Setelah melalui dua dekade masa riset dan pengembangan, sebuah perusahaan berhasil membuat sebuah alat mata bionik bagi orang-orang yang mengalami kebutaan akibat kerusakan degeneratif.
Alat ini bekerja seperti alat bantu pendengaran. Alat tersebut tidak menggantikan organ yang rusak, tetapi memberikan bantuan ekstra dalam bekerja.
"Penemuan ini menandai awal dari era di mana penglihatan bisa dipulihkan ke level yang lebih menakjubkan," ujar Robert Greenberg, President dan CEO Second Sight, perusahaan asal California yang mengembangkan alat ini.
Seperti diberitakan situs Technology Review, alat yang dinamakan Argus itu dijual seharga US$115 ribu alias sekitar Rp1 miliar.
Argus II bekerja dengan menggunakan kamera video kecil serta pengirim sinyal yang terdapat pada sepasang kacamata dan komputer nirkabel kecil. Komputer tersebut memproses setiap pemandangan yang ditangkap oleh kamera dan mengubahnya menjadi informasi visual dalam bentuk sinyal elektronik.
Kamera akan memancarkan sinyal citra kepada chip implan, Sinyal itu kemudian dikirim ke salah satu bagian dari Argus II yang ditanam di dalam mata.
Alat tersebut akan menstimulasi sebagian sel retina yang masih berfungsi dengan baik dan meneruskan data ke syaraf penglihatan.
Alat ini akan membantu orang-orang yang menderita retinitis pigmentosa, atau cacat penglihatan akibat kerusakan photoreseptor atau bagian mata yang menangkap cahaya.
Untuk saat ini Argus II yang menggunakan 60 elektroda pada implannya, sehingga hanya bisa mengembalikan penglihatan secara terbatas.
"Pasien bisa memetakan dan mengenali obyek yang sederhana, seperti melihat orang di depan mereka, dan mengikuti arah gerakan," ujar Greenberg.
Selain itu, diharapkan pasien juga bisa mengenali pintu, jendela, mengikuti garis, atau membaca tulisan yang besar, secara perlahan.
Bagaimanapun, menurut Direktur Institute for Ophtalmic Research Universitas Tubingen Jerman, Eberhart Zrenner, penglihatan bionik yang disediakan oleh Argus II merupakan pencapaian penting.
Namun, Zrenner, yang juga mendirikan perusahaan Retinal Implants AG, mengaku tengah mengembangkan alat yang serupa. Namun, menggunakan lebih dari 1500 elektroda dengan memanfaatkan fotodioda sensitif cahaya, ketimbang menggunakan kamera.
Keunggulan Argus II ini adalah implan bisa lebih lama ditanam di dalam tubuh. Alat ini telah diujikan kepada 30 pasien. "Kami telah melakukan hal yang sebelumnya dianggap mustahil," kata Greenberg.
sumber: suaramedia.com