Faktor Penyebab Biaya Sekolah Mahal
”Biaya sekolah sekarang mahal....!!!!”
Begitulah sekelumit kalimat pendek yang sering diucapkan ibu-ibu saat tahun ajaran baru tiba. Dan di antara mereka mungkin salah satunya adalah Anda.
Memang jika diamati, dari tahun ke tahun biaya sekolah selalu naik dan tidak pernah turun. Kenaikan biaya sekolah di beberapa tempat bahkan melebihi angka inflasi. Inilah yang terkadang membuat masyarakat sering panik dan mengeluh. Beban hidup menjadi semakin berat saja rasanya. Belum lagi kenaikan biaya-biaya hidup lainnya. Hmmm...sebenarnya ada apa sih dengan biaya pendidikan kok semakin hari semakin mahal saja. "Katanya ada program sekolah gratis, tapi kok ya tetep adaaa...saja fulus yang musti disetor ke sekolah. Untuk inilah-untuk itulah. Apa guru-guru di sekolah itu tidak pada mikir kalo apa-apa sekarang susah. Lha kok masih tega-teganya bikin tarikan inilah-bikin tarikan itulah. Bikin mumet saja!" Hohoho....kayaknya perlu distop dulu ya, kok jadinya malah ngedumel sendiri begini.
Bagini ya Bapak Ibu, bukan maksud saya untuk melakukan pembelaan nih. Tenang saja, saya berada di pihak yang netral kok. Saya kan juga tetep harus membayar biaya sekolah anak-anak saya nantinya (sekarang sih belum, hehe..). Nah, di sini saya hanya ingin menjelentrehkan beberapa hal yang selalu menjadi biang kerok dari mahalnya biaya sekolah saat ini. Walaupun tidak secara sistematis dan lengkap, paling tidak Bapak Ibu bisa mengerti apa saja biang kerok dari mahalnya biaya sekolah saat ini.
Namun sebelumnya, perlu saya tekankan dulu bahwa apa yang saya omongkan di sini tidak menyangkut sekolah bonafid lho. Namanya juga sekolah bonafid, kalo tidak mahal ya jadinya aneh, ya tho? Dan kalau Bapak Ibu sudah kadung ’menjebloskan’ putra-putrinya ke sekolah bonafid mohon dimaklumi saja, eh..maksud saya disiapkan saja anggaran lebih untuk disetor ke sekolahnya. Ibarat Anda punya mobil jaguar sayang banget kan kalo diberi minum premium, pastinya dengan senang hati Anda akan memberinya minum pertamax yang tentunya lebih mahal. Kata tetangga yang hobi koleksi jaguar sih biar mesinnya tetep alus dan tarikannya kenceng.
Oke, kembali ke laptop. Berdasarkan pengamatan saya, setidaknya ada 7 hal yang selama ini menjadi faktor penyebab mahalnya ongkos sekolah, yaitu:
Gaji Guru dan Pegawai
Untuk poin ini sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang lebar ya. Sama dengan gaji/penghasilan profesi lainnya, gaji guru dan karyawan sekolah hampir pasti juga selalu naik setiap tahun. Walaupun terkadang naiknya tidak banyak tapi kalau dikalikan seluruh guru dan karyawan jatuhnya berat juga di anggaran. Ujung-ujungnya, tarikan ke wali murid juga ikut membengkak.
Biaya Gedung
Nah, ini dia biang kerok yang paling ganas menyedot fulus para wali murid. Biaya pembangunan/renovasi gedung yang menghabiskan ratusan juta rupiah itu biasanya menjadi tanggungan para wali murid. Kronologisnya setiap tahun ajaran baru, sekolah selalu membuat rencana pembangunan/renovasi gedung. Setelah dihitung-hitung ketemulah nominal sekian ratus juta. Katakanlah nominalnya Rp 500.000.000,- . Dari jumlah itu kemudian dibagi dengan jumlah seluruh siswa baru yang masuk, misalnya saja ada 500 siswa. Maka, setiap wali murid kebagian jatah patungan sebesar Rp 1.000.000,- . Semakin banyak siswa yang masuk maka semakin sedikit biaya patungannya, begitu pula sebaliknya.
Sebagai catatan, kronologis semacam itu berlaku untuk sekolah yang 100% mengandalkan pembiayaan dari wali murid. Di beberapa sekolah, pembiayaan gedung semacam ini biasanya juga dibantu oleh pemda, investor, atau dari hasil usaha sekolah.
Instrumen KBM
Sekolah yang baik, umumnya memiliki instrumen kegiatan belajar mengajar (KBM) yang lengkap. Maksud instrumen di sini adalah alat peraga atau pelengkap kegiatan belajar mengajar. Termasuk di antaranya laboratorium IPA, laboratorium komputer, Lapangan olahraga, kolam renang, sound sistem, VCD player, televisi, tape recorder, handycam, dll. Pengadaan instrumen semacam ini tidak jarang juga dibebankan oleh sekolah kepada wali murid.
Seragam Sekolah
Belum dianggap sekolah kalau tidak memakai seragam. Kalaupun ada sekolah yang tidak mewajibkan siswanya berseragam, paling-paling home scholling dan sekolah kejar paket. Untuk siswa yang reguler, seragam sudah menjadi kewajiban. Hampir tiap tahun orang tua mengeluarkan anggaran ekstra untuk pengadaan seragam sekolah anak-anaknya. Terlebih lagi kalau pertumbuhan fisik anaknya sangat pesat bisa-bisa tiap semester harus membeli seragam baru. Dan biasanya, sekolah tidak menerapkan satu stel saja tetapi tiga stel dengan motif dan warna yang berbeda-beda untuk dipakai selama seminggu. Ditambah lagi dengan satu stel seragam olahraga.
Wali murid pun terkadang tidak leluasa untuk membeli bahan seragam dari luar. Artinya, mau tidak mau mereka harus membeli bahan seragam dari sekolah yang harganya jauh lebih mahal daripada beli di luar sekolah. Kenapa seperti itu? Anda pasti bisa menebak, ada motif memanfaatkan kesempatan untuk mengeruk keuntungan dari segelintir orang di sekolah.
Buku Pelajaran
Setali tiga uang dengan seragam sekolah, buku-buku pelajaran pun hampir setiap tahun berganti-ganti. Bukan karena buku yang lama tidak bagus, tapi kembali pada memanfaatkan kesempatan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena iming-iming bonus yang besar dari pihak penerbit buku, sekolah pun memaksakan siswanya membeli buku tertentu. Buku-buku yang ditentukan pun biasanya tidak ada di toko buku, kalau pun ada siswa tetap tidak diperbolehkan membeli buku di luar. Kalau nekad, bisa menjadi masalah dikemudian hari. Entah itu dikucilkan, tidak diperhatikan kebutuhannya oleh sekolah, dll.
Lho, sekarang kan sudah ada buku BSE (Buku Sekolah Elekronik) yang bisa didownload secara gratis di internet. Halaahhh...kenyataannya banyak sekolah yang tidak tertarik memakai buku-buku rekomendasi Depdiknas (BSE). Alasannya, tidak ada internetlah, repot downloadnyalah, repot cetaknyalah, dll. Padahal sebenarnya hanya alibi saja agar bisa menjual buku dari penerbit dengan harapan mendapat untung dan bonus besar dari penerbit. Sekedar diketahui saja, penerbit tidak segan memberi bonus sepeda motor, televisi, kulkas, komputer, atau beberapa laptop secara cuma-cuma jika target penjualan buku di sekolah tertentu terpenuhi.
Daftar Ulang
Hmmm...sekilas terdengar agak janggal. Wong sudah terdaftar kok masih harus daftar ulang. Tapi begitulah faktanya. Sekolah mewajibkan setiap siswanya melakukan daftar ulang saat pergantian tahun ajaran atau kenaikan kelas. Sebenarnya tidak ada hal yang sangat penting mengenai proses daftar ulang ini selain motif mencari dana segar. Sekolah sengaja membuat pos-pos daftar pengeluaran selama setahun yang seringkali hanya sekedar rekayasa saja. Karena sebenarnya pos-pos itu sudah dibiayai oleh SPP bulanan. Namun, wali murid sering tidak menyadari hal itu dan kebanyakan tidak mau tahu. Pokoknya bayar, bayar, bayar tanpa pernah meneliti untuk apa saja dana yang sudah disetorkannya tersebut.
Program Sekolah
Poin terakhir ini memang sifatnya temporer. Terkadang ada terkadang tidak. Tapi sekali diadakan, maka dapat dipastikan akan menelan anggaran yang lumayan besar. Program-program seperti ini umumnya tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar. Alih-alih ingin rekreasi pihak sekolah mewajibkan siswanya mengikuti kegiatan study tour. Selain itu ada juga perkemahan, kegiatan ekstrakurikuler, ldks, studi banding, praktek lapangan, kegiatan keagamaan, dll.
Itulah beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan sekolah semakin hari terasa semakin mahal saja. Namun karena masing-masing sekolah memiliki program dan kebijakan yang berbeda, bisa saja ada yang lebih dari itu atau bahkan kurang.
Sekarang kembali kepada Anda, sudahkah anda menyiapkan dana pendidikan untuk anak-anak Anda? Sekali lagi saya mengingatkan bahwa biaya pendidikan akan selalu naik setiap tahun. Ada baiknya anda menyiapkannya jauh-jauh hari atau paling tidak sudah merencanakannya dengan matang. Lebih baik sedia payung sebelum hujan. Karena hujan itu sudah pasti, maka mulai sekarang Anda harus segera menyiapkan payungnya seberlum kehujanan akan mahalnya biaya pendidikan bagi anak cucu anda. wkwkwkwk.......
Begitulah sekelumit kalimat pendek yang sering diucapkan ibu-ibu saat tahun ajaran baru tiba. Dan di antara mereka mungkin salah satunya adalah Anda.
Memang jika diamati, dari tahun ke tahun biaya sekolah selalu naik dan tidak pernah turun. Kenaikan biaya sekolah di beberapa tempat bahkan melebihi angka inflasi. Inilah yang terkadang membuat masyarakat sering panik dan mengeluh. Beban hidup menjadi semakin berat saja rasanya. Belum lagi kenaikan biaya-biaya hidup lainnya. Hmmm...sebenarnya ada apa sih dengan biaya pendidikan kok semakin hari semakin mahal saja. "Katanya ada program sekolah gratis, tapi kok ya tetep adaaa...saja fulus yang musti disetor ke sekolah. Untuk inilah-untuk itulah. Apa guru-guru di sekolah itu tidak pada mikir kalo apa-apa sekarang susah. Lha kok masih tega-teganya bikin tarikan inilah-bikin tarikan itulah. Bikin mumet saja!" Hohoho....kayaknya perlu distop dulu ya, kok jadinya malah ngedumel sendiri begini.
Bagini ya Bapak Ibu, bukan maksud saya untuk melakukan pembelaan nih. Tenang saja, saya berada di pihak yang netral kok. Saya kan juga tetep harus membayar biaya sekolah anak-anak saya nantinya (sekarang sih belum, hehe..). Nah, di sini saya hanya ingin menjelentrehkan beberapa hal yang selalu menjadi biang kerok dari mahalnya biaya sekolah saat ini. Walaupun tidak secara sistematis dan lengkap, paling tidak Bapak Ibu bisa mengerti apa saja biang kerok dari mahalnya biaya sekolah saat ini.
Namun sebelumnya, perlu saya tekankan dulu bahwa apa yang saya omongkan di sini tidak menyangkut sekolah bonafid lho. Namanya juga sekolah bonafid, kalo tidak mahal ya jadinya aneh, ya tho? Dan kalau Bapak Ibu sudah kadung ’menjebloskan’ putra-putrinya ke sekolah bonafid mohon dimaklumi saja, eh..maksud saya disiapkan saja anggaran lebih untuk disetor ke sekolahnya. Ibarat Anda punya mobil jaguar sayang banget kan kalo diberi minum premium, pastinya dengan senang hati Anda akan memberinya minum pertamax yang tentunya lebih mahal. Kata tetangga yang hobi koleksi jaguar sih biar mesinnya tetep alus dan tarikannya kenceng.
Oke, kembali ke laptop. Berdasarkan pengamatan saya, setidaknya ada 7 hal yang selama ini menjadi faktor penyebab mahalnya ongkos sekolah, yaitu:
Gaji Guru dan Pegawai
Untuk poin ini sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang lebar ya. Sama dengan gaji/penghasilan profesi lainnya, gaji guru dan karyawan sekolah hampir pasti juga selalu naik setiap tahun. Walaupun terkadang naiknya tidak banyak tapi kalau dikalikan seluruh guru dan karyawan jatuhnya berat juga di anggaran. Ujung-ujungnya, tarikan ke wali murid juga ikut membengkak.
Biaya Gedung
Nah, ini dia biang kerok yang paling ganas menyedot fulus para wali murid. Biaya pembangunan/renovasi gedung yang menghabiskan ratusan juta rupiah itu biasanya menjadi tanggungan para wali murid. Kronologisnya setiap tahun ajaran baru, sekolah selalu membuat rencana pembangunan/renovasi gedung. Setelah dihitung-hitung ketemulah nominal sekian ratus juta. Katakanlah nominalnya Rp 500.000.000,- . Dari jumlah itu kemudian dibagi dengan jumlah seluruh siswa baru yang masuk, misalnya saja ada 500 siswa. Maka, setiap wali murid kebagian jatah patungan sebesar Rp 1.000.000,- . Semakin banyak siswa yang masuk maka semakin sedikit biaya patungannya, begitu pula sebaliknya.
Sebagai catatan, kronologis semacam itu berlaku untuk sekolah yang 100% mengandalkan pembiayaan dari wali murid. Di beberapa sekolah, pembiayaan gedung semacam ini biasanya juga dibantu oleh pemda, investor, atau dari hasil usaha sekolah.
Instrumen KBM
Sekolah yang baik, umumnya memiliki instrumen kegiatan belajar mengajar (KBM) yang lengkap. Maksud instrumen di sini adalah alat peraga atau pelengkap kegiatan belajar mengajar. Termasuk di antaranya laboratorium IPA, laboratorium komputer, Lapangan olahraga, kolam renang, sound sistem, VCD player, televisi, tape recorder, handycam, dll. Pengadaan instrumen semacam ini tidak jarang juga dibebankan oleh sekolah kepada wali murid.
Seragam Sekolah
Belum dianggap sekolah kalau tidak memakai seragam. Kalaupun ada sekolah yang tidak mewajibkan siswanya berseragam, paling-paling home scholling dan sekolah kejar paket. Untuk siswa yang reguler, seragam sudah menjadi kewajiban. Hampir tiap tahun orang tua mengeluarkan anggaran ekstra untuk pengadaan seragam sekolah anak-anaknya. Terlebih lagi kalau pertumbuhan fisik anaknya sangat pesat bisa-bisa tiap semester harus membeli seragam baru. Dan biasanya, sekolah tidak menerapkan satu stel saja tetapi tiga stel dengan motif dan warna yang berbeda-beda untuk dipakai selama seminggu. Ditambah lagi dengan satu stel seragam olahraga.
Wali murid pun terkadang tidak leluasa untuk membeli bahan seragam dari luar. Artinya, mau tidak mau mereka harus membeli bahan seragam dari sekolah yang harganya jauh lebih mahal daripada beli di luar sekolah. Kenapa seperti itu? Anda pasti bisa menebak, ada motif memanfaatkan kesempatan untuk mengeruk keuntungan dari segelintir orang di sekolah.
Buku Pelajaran
Setali tiga uang dengan seragam sekolah, buku-buku pelajaran pun hampir setiap tahun berganti-ganti. Bukan karena buku yang lama tidak bagus, tapi kembali pada memanfaatkan kesempatan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena iming-iming bonus yang besar dari pihak penerbit buku, sekolah pun memaksakan siswanya membeli buku tertentu. Buku-buku yang ditentukan pun biasanya tidak ada di toko buku, kalau pun ada siswa tetap tidak diperbolehkan membeli buku di luar. Kalau nekad, bisa menjadi masalah dikemudian hari. Entah itu dikucilkan, tidak diperhatikan kebutuhannya oleh sekolah, dll.
Lho, sekarang kan sudah ada buku BSE (Buku Sekolah Elekronik) yang bisa didownload secara gratis di internet. Halaahhh...kenyataannya banyak sekolah yang tidak tertarik memakai buku-buku rekomendasi Depdiknas (BSE). Alasannya, tidak ada internetlah, repot downloadnyalah, repot cetaknyalah, dll. Padahal sebenarnya hanya alibi saja agar bisa menjual buku dari penerbit dengan harapan mendapat untung dan bonus besar dari penerbit. Sekedar diketahui saja, penerbit tidak segan memberi bonus sepeda motor, televisi, kulkas, komputer, atau beberapa laptop secara cuma-cuma jika target penjualan buku di sekolah tertentu terpenuhi.
Daftar Ulang
Hmmm...sekilas terdengar agak janggal. Wong sudah terdaftar kok masih harus daftar ulang. Tapi begitulah faktanya. Sekolah mewajibkan setiap siswanya melakukan daftar ulang saat pergantian tahun ajaran atau kenaikan kelas. Sebenarnya tidak ada hal yang sangat penting mengenai proses daftar ulang ini selain motif mencari dana segar. Sekolah sengaja membuat pos-pos daftar pengeluaran selama setahun yang seringkali hanya sekedar rekayasa saja. Karena sebenarnya pos-pos itu sudah dibiayai oleh SPP bulanan. Namun, wali murid sering tidak menyadari hal itu dan kebanyakan tidak mau tahu. Pokoknya bayar, bayar, bayar tanpa pernah meneliti untuk apa saja dana yang sudah disetorkannya tersebut.
Program Sekolah
Poin terakhir ini memang sifatnya temporer. Terkadang ada terkadang tidak. Tapi sekali diadakan, maka dapat dipastikan akan menelan anggaran yang lumayan besar. Program-program seperti ini umumnya tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar. Alih-alih ingin rekreasi pihak sekolah mewajibkan siswanya mengikuti kegiatan study tour. Selain itu ada juga perkemahan, kegiatan ekstrakurikuler, ldks, studi banding, praktek lapangan, kegiatan keagamaan, dll.
Itulah beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan sekolah semakin hari terasa semakin mahal saja. Namun karena masing-masing sekolah memiliki program dan kebijakan yang berbeda, bisa saja ada yang lebih dari itu atau bahkan kurang.
Sekarang kembali kepada Anda, sudahkah anda menyiapkan dana pendidikan untuk anak-anak Anda? Sekali lagi saya mengingatkan bahwa biaya pendidikan akan selalu naik setiap tahun. Ada baiknya anda menyiapkannya jauh-jauh hari atau paling tidak sudah merencanakannya dengan matang. Lebih baik sedia payung sebelum hujan. Karena hujan itu sudah pasti, maka mulai sekarang Anda harus segera menyiapkan payungnya seberlum kehujanan akan mahalnya biaya pendidikan bagi anak cucu anda. wkwkwkwk.......